Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perburuan "Orang Pendek" di Kerinci

Kompas.com - 04/05/2012, 19:34 WIB

Tanpa hasil

Kisah perburuan orang pendek Sumatera sebenarnya sudah berlangsung sangat lama. Salah satu referensi awal mengenai keberadaan ”orang pendek” berasal dari tulisan William Marsden di buku The History of Sumatera yang terbit pertama pada 1783. Marsden, pegawai asal Inggris di East India Company yang berbasis di Bengkulu pada 1770-an, menyebut soal orang gugu yang dideskripsikannya dengan tubuh yang ditutupi bulu. Namun, Marsden tidak mendeskripsikan tinggi orang gugu ini.

Kisah berikutnya disampaikan orang Belanda yang tinggal di Sumatera Selatan, Van Heerwarden. Dia melaporkan, melihat orang pendek di atas pohon di hutan di sebelah utara Palembang pada 23 Oktober 1923. Menurut dia, bulu di bagian depan tubuh lebih terang dibanding di bagian belakang dengan tinggi badan sekitar 150 sentimeter. Menurut dia, makhluk itu lari dari hadapannya dengan menggunakan kedua kakinya.

Dengan mendasarkan pada catatan-catatan samar di masa lalu, beberapa penjelajah dan peneliti dari zaman modern yang penasaran terus memburu keberadaan orang pendek. Keingintahuan kian memuncak karena penampakan makhluk ini sering dilaporkan oleh warga, terutama di sekitar Kerinci.

Berbagai ekspedisi dan penelitian dilakukan oleh sejumlah pihak. Banyak yang terobsesi menemukan manusia pigmi (orang kerdil) dari Flores, Homo floresiensis. Salah satunya dilakukan oleh National Geographic dengan memasang jebakan kamera di sejumlah tempat di Kerinci Seblat pada tahun 2006. Akan tetapi, hasilnya nihil.

Sejumlah ilmuwan Inggris juga penasaran dengan makhluk ini sehingga beberapa kali melakukan penelitian. Salah satu yang paling terkenal adalah penelitian yang dilakukan ahli primata, Deborah Martyr, pada tahun 1990-an.

Martyr mengklaim pernah bertemu makhluk ini selain mengumpulkan keterangan dari beberapa saksi mata yang juga pernah bertemu ”orang pendek”. Meski demikian, perjumpaan dan penelitian Martyr tidak cukup untuk mengonfirmasi keberadaan atau jenis makhluk ini sehingga tetap menjadi misteri sampai saat ini. Pemasangan jebakan kamera oleh Jeremy Holden juga tidak membuahkan hasil.

Penelitian lain dilakukan oleh Richard Freeman, direktur zoologi dari Centre for Fortean Zoology, Inggris. Seperti dilaporkan The Guardian pada 9 September 2011, ia bersama tim melacak keberadaan orang pendek di hutan Kerinci Seblat.

Menurut Freeman, ini adalah keempat kalinya sejak tahun 2003 ia kembali ke hutan Kerinci untuk melacak makhluk yang disebutnya ”short man.” Ia membagi timnya menjadi dua. Satu tim melacak jejak di kawasan hutan Danau Gunung Tujuh, satu lagi di kawasan perladangan di tepian hutan.

Dari laporan warga sekitar disebutkan, makhluk ini beberapa kali terlihat merusak tanaman warga, terutama tebu. Dari laporan Freeman yang juga dimuat di The Guardian, 7 Oktober 2011, belum ada kesimpulan jelas tentang keberadaan ”orang pendek.”

Ia menyebut, jebakan kamera yang dipasangnya hanya menangkap gambar hujan, serangga, dan burung. Jejak rambut yang ditemukan, katanya, akan diuji DNA. Namun, sampai sekarang belum ada kelanjutan kabar dari Freeman.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com