Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selatan Jawa Wajib Waspadai Gempa dan Tsunami

Kompas.com - 18/04/2012, 09:07 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

Namun, Irwan yang ditemui dalam seminar "Mitigasi Gempa dan langkah-langkah Evakuasi di Gedung Bertingkat", Selasa (17/4/2012) di Jakarta, mengatakan, banyak hal tentang kegempaan selatan Jawa masih menjadi misteri.

Sumatera memiliki pulau-pulau di samudra. Hal itu mempermudah penelitian aktivitas tektonik, misalnya dengan observasi terumbu karang. Penelitian seperti periodisasi gempa bisa dilakukan.

"Ini yang tidak ada di Jawa. Record itu tidak tercatat dengan baik. Riset di Jawa lebih sulit karena perlu waktu lebih panjang dan pengamatan lebih detail," urai Irwan.

Saat ini, tim ilmuwan termasuk Irwan melakukan penelitian dengan pendekatan palaeoseismologi. Riset dilakukan dengan proses trenching, menganalisis lapisan tanah untuk melihat jejak adanya tsunami.

"Kita sedang kuantifikasi hazard-nya. Kita tahu yang sangat awal, belum detail. Kita akan perkirakan berapa magnitud dan rentangnya, selanjutnya akan kita jabarkan dalam peta gempa," papar Irwan.

Seismic gap di selatan Jawa?

Salah satu yang menarik dari kegempaan di subduksi Jawa, menurut Widjo, adalah sejarah terjadinya gempa yang disusul tsunami serta lokasinya.

Tahun 1994, terjadi gempa berkekuatan 7,2 skala Richter di subduksi selatan Jawa Timur yang memicu tsunami di Banyuwangi. Sebanyak 250 orang tewas akibat tsunami tersebut.

Sementara itu, tahun 2006 terjadi tsunami di Pangandaran yang dipicu gempa 6,8 skala Richter. Jumlah korban yang tewas mencapai puluhan orang. Ada yang memperkirakan gelombang tsunami mencapai 10 meter.

"Yang timur sudah, yang barat juga sudah. Bagaimana dengan bagian yang tengah? Apa yang sedang terjadi? Apakah sedang ada pengumpulan energi?" tanya Widjo.

"Ini yang sedang menjadi concern kita. Khawatirnya nanti ada gempa yang besar atau unik seperti tahun 1994 dan 2004. Gempanya tak terlalu besar, tapi tsunaminya tinggi," tambah Irwan.

Irwan mengatakan, belum ada kepastian bahwa ada wilayah seismic gap di selatan Jawa, berkisar pada letak 110 Bujur Timur, 75 km berarah ke utara dan selatan palung Jawa.

Menurut Irwan, absennya gempa besar di suatu wilayah bisa berarti dua hal. Pertama, memang memiliki aktivitas kegempaan rendah. Kedua, adalah seismic gap atau ada potensi gempa besar, tetapi belum terjadi.

"Untuk selat Sunda, kita memang sudah pastikan ada seismic gap. Di selatan Jawa, kita sudah lakukan penelitian dengan metodologi yang sama, tapi belum bisa menyimpulkan apakah ada seismic gap, walaupun kemungkinannya ada," ungkap Irwan.

Ketika masih banyak yang menjadi misteri, penelitian harus dilakukan. Namun, yang juga penting adalah kewaspadaan masyarakat.

"Dimensi manusia ini penting. Tidak harus menunggu proses penelitian dan engineering, tapi bisa berjalan secara pararel," kata Irwan.

Widjo menambahkan, edukasi kepada masyarakat di selatan Jawa dan infrastruktur seperti alat peringatan dini tsunami wajib menjadi prioritas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com