Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan tentang Gempa Aceh

Kompas.com - 14/04/2012, 04:02 WIB

Kondisi tersebut berbeda dengan kejadian gempa outer-rise pada 19 Agustus 1977 di selatan Sumba yang didominasi oleh komponen vertikal karena berlangsung mekanisme patahan turun (normal-fault). Gempa berkekuatan 8,3 SR inilah yang membangkitkan tsunami dan menelan korban 189 jiwa. Contoh lain gempa outer-rise adalah gempa di selatan Jawa pada 26 Juni 2007 yang berkekuatan 6,0 SR.

Dengan demikian, dapat dikatakan, dampak negatif gempa outer-rise yang jarang terjadi ini lebih lengkap. Tidak hanya guncangannya yang lebih keras dan jangkauannya yang lebih jauh, tetapi juga menjadi lebih berbahaya apabila mekanisme gempanya didominasi oleh komponen vertikal (dip-slip) karena potensi tsunami menjadi sangat besar.

Gempa ”doublet”

Seperti disebutkan di atas, gempa yang baru saja terjadi juga memiliki karakteristik sebagai gempa doublet. Gempa pertama terjadi pada pukul 15.38 dengan kekuatan 8,5 SR dan gempa kedua terjadi pada pukul 17.43 dengan kekuatan 8,8 SR.

Kejadian gempa doublet (dua gempa yang terjadi dengan perbedaan kekuatan tidak lebih dari 0,2 unit atau jarak antartitik pusat tidak lebih dari 100 kilometer atau terjadi dalam waktu berdekatan) juga pernah beberapa kali terjadi di Indonesia.

Di antaranya, gempa Papua pada 3 Januari 2009 dengan kekuatan 7,6 SR dan 7,4 SR, berbeda tiga jam antar-kejadian.

Demikian pula gempa Bengkulu pada 12 September 2007 dengan kekuatan 8,4 SR dan 7,9 SR yang berselang 12 jam antar-kejadian. Yang terakhir gempa Aceh yang terjadi pada 11 April 2012 dengan kekuatan 8,5 SR dan 8,8 SR, dengan selisih waktu dua jam.

Berdasarkan sistem kegempaan di kawasan barat Sumatera, pelepasan energi melalui gempa outer-rise pada 11 April 2012 ini tak berarti mengurangi potensi pelepasan energi besar di segmen Mentawai yang selama ini diwaspadai. Oleh karena itu, pemantauan dan penelitian terhadap fenomena gempa di kawasan ini tetap harus dilakukan dengan komitmen penuh.

Kita perlu belajar dari negara-negara tetangga, yang notabene bukan negara pusat gempa, melainkan memberi perhatian serius pada gawar dini dan penanggulangan gempa dengan mendirikan lembaga-lembaga penelitian baru.

Mereka sadar betul bahwa gempa, terutama jenis outer-rise, dapat berdampak regional. Maka, bagi Indonesia, peristiwa gempa outer-rise ini hendaknya semakin meningkatkan upaya mitigasi bencana karena memang kita ”kaya” akan jenis gempa yang merusak dan akhir-akhir ini semakin sering terjadi.

Agustan Perekayasa Bidang Dinamika Kebumian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com