Meski bangunan kelenteng tersebut dikerjakan etnis China, hal itu bukan berarti kalangan dari etnis dibatasi untuk mengunjungi wilayah yang pernah disinggahi Laksamana Cheng Hoo. Banyak tamu dari berbagai mancanegara, dari berbagai golongan agama berziarah ke kelenteng Sam Poo Kong.
Sam Poo Kong atau dapat juga diartikan sebagai embah, leluhur, atau orang yang dituakan. Lantaran begitu besarnya Cheng Hoo dihormati, maka tak heran ia pun diberi gelar Sam Poo thai Chin (ia merupakan seorang laksamana).
Gelar lainnya adalah Sam Poo Thai Kham (ia dikebiri, tidak nikah, kasim). Juga memperoleh gelar Sam Poo Taren (atau ia sebagai orang besar: jabatan maupun kepiawaiannya).
Terkait dengan kebesarannya itulah maka setiap upacara Sen Jit atau ulang tahun kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Pulau Jawa dilakukan upacara khusus. Upacara itu berkisar pada bulan Juli sampai Agustus menurut kalender masehi. Jika menggunakan kalender Tingkok tetap pada Lakque Ji Kaw atau tanggal 29 bulan enam kalender China.
Di luar itu, setiap malam Jumat kliwon atau Selasa kliwon, kelenteng tersebut banyak dikunjugi umat untuk berziarah. "Yang datang, tak terbatas pada umat Kong Hu Chu saja. Umat Islam pun banyak berziarah," kata Ratman, pemandu wisata Kelenteng Sam Poo Kong yang sudah lebih dari 30 tahun.
Ratman menuturkan, banyaknya umat dari berbagai agama ke kelenteng itu karena memang nama besar Laksamana Cheng Hoo yang melegenda. Para sesepuh etnis China di Semarang, seperti mbah Hook, mbah Tong dan mbah Mari, pernah bercerita bahwa kedatangan Cheng Hoo ke Semarang telah banyak membawah pengaruh dan perubahan bagi warga setempat.
Kehidupan sosial, termasuk bidang kultural dan keagamaan, terasa lebih harmonis. Karena itu, tatkala Kelenteng Sam Poo Kong terkena banjir rob, pada 1990-an, Yayasan Sam Poo Kong yang dipimpin Ir. Priambudi memperbaiki kompleks tersebut. Seluruh bangunan diperbaiki tanpa menghilangkan ciri khasnya.
Dalam berbagai literatur memang disebutkan Klenteng Sam Poo Kong terkenal hingga ke mancanegara. Pemerintah China pun menetapkan sebagai tujuan wisata bagi pelancong asal negeri tirai bambu itu.
Yang menarik, banyak warga muslim China dari Provinsi Yunan sangat mengenal baik dan menyakini bahwa Laksamana Cheng Hoo sebagai panglima perang keturunan Persia memiliki latar belakang Muslim.
Hal ini makin meneguhkan keyakinan bagi warga etnis China di Jawa jika menyaksikan Masjid Cheng Hoo Surabaya. Masjid bernuansa Muslim China berlokasi di Jalan Gading, Ketabang, Genteng, Surabaya atau 1.000 m utara Gedung Balaikota Surabaya.