Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Indonesia Demi Owa

Kompas.com - 11/04/2012, 10:08 WIB

Chanee lalu mendirikan lembaga untuk melestarikan owa. Ia mengajukan izin membentuk yayasan bernama Kalaweit yang berbasis di Kalimantan Tengah. Kalaweit artinya owa dalam bahasa Dayak Ngaju.

Proses mendirikan yayasan memerlukan waktu sekitar sembilan bulan. Pegawai Kementerian Kehutanan pun terheran-heran melihat anak muda yang tak lancar berbahasa Indonesia ini mengurus izin tersebut.

”Bahasa Inggris saja saya belum fasih. Apalagi waktu itu sedang pergantian presiden. Jadi, proses perizinan cukup sulit,” katanya.

Chanee pergi ke berbagai tempat dengan transportasi umum karena keterbatasan dana. Setiap dua bulan dia juga harus bolak-balik ke Singapura untuk memperpanjang visa. Kegigihan itu membuahkan hasil.

”Mungkin karena pegawai Kementerian Kehutanan bosan melihat saya hampir setiap hari, makanya izin diberikan, ha-ha-ha,” ujarnya.

Kini Yayasan Kalaweit mempekerjakan 52 karyawan lokal. Selain owa, mereka juga tak menolak satwa lain, seperti kera, piton, kukang, buaya, bekantan, dan beruang madu.

Kalaweit melakukan tiga aktivitas. Pertama, satwa yang dipelihara warga diusahakan kembali ke alam. Kedua, pelestarian habitat owa dengan mendirikan tempat perlindungan owa seluas 8 hektar di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.

”Kami juga membantu apa pun yang bisa dikerjakan untuk menjaga Cagar Alam Pararawen seluas 5.300 hektar di Barito Utara,” katanya.

Ketiga, petugas Kalaweit berusaha mendekati pemilik satwa untuk melepaskan peliharaannya. Petugas mengimbau agar satwa liar tak ditangkap. Jika sedang berpatroli dan menemukan jerat, mereka menghancurkannya.

Selain itu, Kalaweit yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Palangkaraya sejak tahun 2007 juga berupaya melestarikan kawasan konservasi Hampapak seluas 700 hektar.

Tempat perlindungan owa juga dibuat di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, sembilan tahun lalu. Ini membuat program Kalaweit menjadi pelestarian owa terbesar di dunia. Total 250 owa hidup di tempat perlindungan di Kalimantan Tengah dan Sumatera Barat.

Radio dan internet

Tahun 2003 Chanee melakukan sosialisasi dengan mendirikan Radio Kalaweit berfrekuensi FM 99,1 di Palangkaraya. Ia juga berbagi informasi mengenai owa dan kegiatan yayasan lewat situs internet beralamat www.kalaweit.org.

”Siaran radio kami tak melulu soal owa karena tak ada lagu bisa membuat radio ini tidak ada pendengarnya. Siaran kami mengutamakan hiburan, dengan menyisipkan pesan menyayangi satwa,” katanya.

Pengaruh radio ternyata besar. Sebagian besar satwa yang diserahkan kepada Yayasan Kalaweit di Jalan Pinus, Palangkaraya, berasal dari pendengar.

Chanee mengakui tugasnya tak ringan. Aktivitasnya membuat waktu yang tersisa untuk keluarga terbatas. Apalagi aktivitas dan siaran Chanee demi mempertahankan kelestarian alam menimbulkan ketidaksukaan beberapa pihak yang merasa terganggu.

”Ancaman saya terima lewat surat, telepon, sampai bertemu pelaku. Pernah ada orang datang ke kantor dengan membawa pisau,” ujarnya.

Namun, iming-iming imbalan agar kegiatan pelestarian itu dihentikan hingga ancaman pembunuhan tak menyurutkan niat Chanee melestarikan owa.

Keinginan lainnya yang belum terpenuhi adalah menjadi warga negara Indonesia. ”Saya juga ingin menjadi warga Indonesia. Sudah empat tahun saya mengurusnya, tetapi belum berhasil, cukup susah,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com