Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fisika Kuantum Penyembuhan Penyakit

Kompas.com - 27/03/2012, 05:25 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun lalu, dunia dihebohkan dengan praktek penyembuhan penyakit dengan asap rokok yang dilakukan oleh Gretha Zahar, pakar nuklir dari Lembaga Peluruhan Radikal Bebas di Malang.

Gretha menciptakan "Divine Cigarette" atau mungkin bisa disebut "Rokok Surga". Berbeda dengan rokok biasa yang menyebabkan penyakit, rokok ini justru akan menyembuhkannya.

Rahasia Rokok Surga adalah pada asam amino yang diteteskan atau diolah bersama tembakau. Zat ini akan melepaskan 1 elektron merkuri. Ketika satu elektron lepas, merkuri akan berperilaku seperti emas.

Dikatakan bahwa merkuri dan emas hanya memiliki satu perbedan jumlah elektron. Merkuri memiliki energi cukup besar sehingga mampu menyamar menjadi unsur lain.

Asam amino yang dimiliki Rokok Surga membebaskan radikal bebas. Rokok selanjutnya berperan sebagai media menyembuhkan penyakit degeneratif, seperti jantung, stroke dan kanker.

Penyembuhan Kuantum

Profesor Sutiman Bambang Soemitro, guru besar dari Universitas Brawijaya mengatakan bahwa penyembuhan a la Gretha Zahar memang sulit dipahami tetapi sebenarnya ilmiah.

Menurut Sutiman, penyembuhan yang dilakukan Gretha bisa dipahami jika memandang tubuh sebagai susunan partikel-partikel dimana energi mengalir terus-menerus tanpa henti.

Energi dalam tubuh manusia mengalir dalam bentuk paket atau kuanta, sesuai pendapat Max Planck pada tahun 1900. Aliran energi mengikuti hukum-hukum dalam fisika kuantum.

Dalam kacamata fisika kuantum, tubuh sehat dipandang sebagai raga dengan aliran energi yang lancar. Aliran energi memastikan tubuh mampu melakukan self production dan self regeneration.

"Kalau tubuh sakit, aliran energinya mengalami turbulensi, alirannya berputar-putar di bagian sakit," ungkap Sutiman saat dihubungi Kompas.com beberapa waktu yang lalu.

Turbulensi energi bisa terjadi akibat banyak faktor. Beberapa diantaranya adalah faktor makanan, radikal bebas serta senyawa yang bersifat toksik.

"Kalau kita bisa gangguan aliran energi pada bagian tubuh sakit maka kita bisa mengembalikan tubuh pada keseimbangan. Tubuh akan sehat lagi," jelas Sutiman.

Untuk mengembalikan aliran energi, dibutuhkan sebuah perantara. Sifat perantara harus fleksibel, mampu menerima maupun mendonasikan elektron. Asap memenuhi kriteria tersebut.

"Asap ini seperti hemoglobin. Bisa membawa energi tanpa berubah menjadi radikal. Bisa menjadi donor maupun penerima," terang Sutiman yang sebenarnya berlatar belakang mikrobiologi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com