Jejak debris avalanches sebenarnya juga banyak terdapat di sejumlah pegunungan lain di Jawa, seperti terjadinya Bukit 777 yang berasal dari longsoran Gunung Gede-Pangrango dan longsoran Situ Bagendit di kompleks Gunung Guntur di Jawa Barat, Sindoro dan Sumbing di Jawa Tengah, dan Raung di Jawa Timur. Di Raung, jejak debris avalanches menjangkau wilayah hingga 48 km dari sumbernya dan membentuk tiga kawah tapal kuda. ”Inilah jangkauan debris avalanches terjauh di Indonesia,” tulis Sutikno.
Vulkanolog Kusumadinata (1979) mencatat, debris avalanches juga pernah terjadi di Gunung Papandayan di Jawa Barat, 11-12 August 1772. Sebanyak 0,14 km3 material gunung ini longsor menimbun area seluas 18 km2 dan membunuh 2.957 orang.
Menurut Sutikno, longsoran raksasa di lereng gunung api ini sangat jarang, tetapi sekali terjadi akan menimbulkan bencana yang mengerikan. Apalagi, kebanyakan lereng gunung api di Indonesia dipadati permukiman. Dengan mengutip Siebert (1984), Sutikno menyebutkan, pada umumnya waktu istirahat gunung api sebelum terjadi longsoran raksasa berkisar antara 10 tahun dan 1.000 tahun.
Rentang waktu yang panjang membuat produk debris avalanches gunung-gunung di Indonesia kebanyakan tak lagi dikenali penduduk sekitar karena perubahan bentang alam.
Deretan perbukitan di Tasikmalaya menjadi bukti nyata yang masih tersisa yang bisa menjadi laboratorium alam untuk mempelajari jejak petaka gunung api di masa lalu. Jejak petaka yang bisa jadi terulang kembali di masa depan. Namun, Bukit Sepuluh Ribu ini ternyata kini juga semakin menghilang karena saat ini terus ditambang. (Hermas E Prabowo/Mukhamad Kurniawan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.