Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memperkuat Pesona Gunung Padang

Kompas.com - 08/03/2012, 12:02 WIB

Dalam perjalanan Bandung-Gunung Padang, salah satu panorama yang bisa dilihat pengunjung adalah sejarah era Bandung purba. Di antaranya, pemandangan indah di Sungai Cimeta saksi keberadaan Danau Bandung Purba, pegunungan karst yang menyimpan fosil laut di Rajamandala, dan tempat tinggal manusia prasejarah di Goa Pawon.

Masuk ke Kabupaten Cianjur, pengunjung akan disuguhi kawasan pertanian sangat luas di Cipeuyeum-Ciranjang.

Pertengahan tahun adalah saat paling tepat untuk mengamatinya karena para petani sedang panen massal. Suasana pedesaan bisa menjadi daya tarik utama yang bisa dinikmati wisatawan. Tak kalah menariknya keberadaan stasiun kereta api dan terowongan Lampegan buatan Belanda tahun 1879.

Keduanya menjadi saksi pembangunan rel kereta api pertama Jakarta-Bandung di Indonesia. Selain itu, 6 km dari Gunung Padang, pesona air terjun berundak Cikondang dan bentukan lava langka bagian Formasi Beser di sekitar Sungai Cikondang menunggu memuaskan minat wisatawan.

”Saat ini banyak potensi wisata menuju Gunung Padang belum tergarap. Padahal sudah banyak komunitas dan pencinta wisata minat dalam dan luar negeri yang tertarik,” kata Budi Brahmantyo.

Namun, perjalanan menuju Gunung Padang bukanlah perjalanan yang mudah. Pengunjung harus melewati jalan rusak dan berbatu sejauh 15 km sebelum Gunung Padang, termasuk meniti jalan sempit yang berbatasan dengan jurang. Celakanya, di jalur-jalur tersebut tidak dibuat penunjuk arah sehingga mudah membingungkan pengunjung yang baru pertama kali mengunjungi daerah ini.

Mekanisme tiket tidak berjalan dengan baik. Jika Anda berkunjung ke sana, meskipun ada loket, pengunjung hanya didata menggunakan buku tamu oleh warga dan membayar retribusi secara sukarela. Di loket tersebut tidak ada penerangan karena bohlam lampu tidak ada.

Susunan batu pun masih dibiarkan tanpa arti. Tanpa adanya papan petunjuk atau keterangan tertulis di sekitar situs, alhasil pengunjung hanya bisa memanfaatkan informasi lisan dari 8 penjaga wisata yang kebanyakan masyarakat setempat.

Selain itu, tanpa penataan dan zonasi, injakan kaki pengunjung leluasa mampir di semua kawasan. Tangan jahil pun leluasa memindahkan bebatuan. Situs ini dikhawatirkan akan rusak dan tidak tertutup kemungkinan menghilangkan nilai sejarah yang belum terungkap.

Budi Brahmantyo mengatakan, Pemerintah Kabupaten Cianjur sebaiknya belajar pengelolaan Stonehenge di Salisbury Plain, Wilshire, Inggris, yang berumur kurang lebih sama dengan Gunung Padang. Pengunjung tidak dibiarkan leluasa masuk kawasan inti. Bahkan, bila ingin memegang susunan batu hanya dilakukan pada hari tertentu dengan biaya sangat tinggi.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau