Majunya waktu ini juga memengaruhi berbagai kegiatan keagamaan yang tidak tepat, seperti dalam penentuan hari raya keagamaan yang memiliki aturan khusus. Ini sangat bertentangan dengan tujuan dibuatnya kalender, yaitu untuk menentukan waktu dilaksanakannya berbagai kegiatan keagamaan dan penanda musim.
Reformasi
Kondisi ini membuat Paus Gregorius XIII pada 1582 Masehi membarui kalender Julian. Ketentuan tahun kabisat tidak hanya angka tahun yang habis dibagi 4, tetapi juga harus habis dibagi 400 untuk tahun abad (tahun yang merupakan kelipatan angka 100).
Ini membuat tahun 1800 atau 1900 yang dalam kalender Julian disebut tahun kabisat setelah ketentuan baru ini tidak lagi disebut tahun kabisat. Namun, tahun 1600 dan 2000 masih disebut tahun kabisat.
Ini akan membuat orang yang lahir pada 29 Februari, perayaan ulang tahunnya tidak hanya akan jatuh tepat empat tahun sekali, tetapi bisa juga delapan tahun sekali, seperti antara 29 Februari 2096 dan 29 Februari 2104. Hal ini karena tahun 2100 bukan tahun kabisat.
Reformasi ini berhasil mengurangi kesalahan penghitungan kumulatif hari. ”Jika dalam kalender Julian terjadi kesalahan 78 hari dalam 10.000 tahun, setelah direformasi kesalahannya tinggal 3 hari dalam 10.000 tahun,” ungkap Moedji.
Selain mengeluarkan aturan baru tahun kabisat, Paus Gregorius XIII juga memotong 10 hari pada Oktober 1582. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan kalender agar bersesuaian kembali dengan musim yang terjadi.
Pemotongan ini membuat tanggal 4 Oktober 1582 langsung dilanjutkan dengan tanggal 15 Oktober 1582. Artinya, dalam sejarah kalender Masehi, tidak pernah ada tanggal 5 Oktober sampai 14 Oktober 1582.
Penghapusan ini mirip dengan yang dilakukan Pemerintah Samoa dan Tokelau di Pasifik Selatan yang menghapus tanggal 30 Desember 2011 untuk menyesuaikan dengan waktu di Selandia Baru dan Australia. Penghapusan ini membuat 29 Desember di negara itu langsung dilanjutkan dengan tanggal 31 Desember 2011.
Pembaruan yang dilakukan Paus Gregorius XIII ini membuat sistem penanggalan ini dinamakan kalender Gregorian. Meski demikian, sistem ini tidak langsung diterapkan di semua negara. Rusia, China, Yunani, ataupun Turki baru mengakomodasi kalander ini pada awal abad ke-20.
Belum pas
Meski sudah dikoreksi, kalender Gregorian masih mengandung salah, yaitu tiga hari dalam 10.000 tahun. Kesalahan ini terjadi karena dalam satu tahun kalender Gregorian jumlah harinya masih 365,2425 hari. Ini berbeda sedikit dengan waktu dalam satu tahun tropis yang mencapai 365,242199 hari.
Ketidaktepatan ini disebabkan adanya gerak presesi atau gerak sumbu rotasi Bumi sembari mengelilingi Matahari. Gerak presesi membuat posisi titik Aries bergeser 50,2 detik busur per tahun ke arah barat dari koordinat langit.
”Untuk membuat kalender dengan jumlah hari yang tepat dengan satu tahun tropis tidaklah mudah. Banyak hal yang harus diperhatikan, baik dari sisi kepraktisan kalender untuk digunakan maupun idealisme sistem kalender itu sendiri,” kata Moedji.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.