BOGOR, KOMPAS.com - Kebun Raya Bogor akan bekerja sama dengan organisasi hortikultura internasional Korea Selatan untuk upaya pengawetan bunga bangkai jenis Amorphophallus titanum.
"Selama ini bunga bangkai ini tumbuh, mekar, layu, lalu dorman. Sudah, itu saja. Karena itu, kita akan coba kerja sama dengan Korea Selatan untuk pengawetan bunga ini agar publik bisa lkihat bunga ini mekar," kata Yuzammi, peneliti bunga bangkai dari Kebun Raya Bogor dalam konferensi pers, Jumat (27/1/2012) di Bogor.
Kerja sama tercetus sehubungan dengan adanya permintaan mengisi paviliun Indonesia di pameran bunga Korea Selatan. Bunga bangkai Amorphophallus titanum menjadi salah satu bunga yang ditaksir, tapi memamerkannya sukup sulit karena usia mekar yang sangat singkat. Pengawetan pun dibutuhkan.
Upaya kerja sama ditempuh karena sulitnya langkah pengawetan bunga raksasa seperti Amorphophallus titanum.
"Teknik pengawetan itu banyak. Tetapi kita harus cari bagaimana agar pengawetan tidak mengubah warna asli bunga. Inilah salah satu hambatan yang harus dipecahkan lewat riset," kata Yuzammi.
Bunga awetan nantinya akan ditampilkan dalam sebuah wadah transparan. Awetan akan berupa herbarium basah sehingga bunga akan tampil seperti tanaman di sebuah akuarium yang berisi bahan kimia pengawet.
"Untuk langkah ini pun banyak kendala teknis yang membuat kita harus bekerja sama. Ukuran bunga ini raksasa sehingga kita harus cari kontainer raksasa juga yang bisa menopang bunga ini. Selain itu juga akan dibutuhkan bahan kimia dalam jumlah besar," ungkap Dra Sofi Mursidawati M.Sc. yang juga peneliti di Kebun Raya Bogor.
Rencana kerja sama kini belum ditandatangani, namun sudah terjadi kontak intens dengan pihak Korea Selatan. Sementara itu, bunga yang akan jadi objek pengawetan adalah Amorphophallus titanum di Kebun Raya Bogor yang akan mekar dalam beberapa hari ke depan. Saat mekar, bunga akan dipotong dan dipindahkan ke kontainer untuk diawetkan.
Sekilas, upaya pengawetan ini terkesan merugikan. Meski demikian, Sofi mengungkapkan bahwa upaya pengawetan harus dilakukan. "Kita harus berpikir dengan cara berbeda. Tidak terkungkung pada satu sudut pandang," tegas Sofi. Lewat upaya pengawetan, beragam studi tentang Amorphophallus juga jadi bisa dilakukan.
"Kalau kita berhasil melakukan pengawetan pada bunga raksasa ini, kita bisa mencoba melakukan pada jenis bunga raksasa lain. Di Indonesia ini juga ada anggrek raksasa, kita nantinya juga bisa melakukan pengawetan jenis tersebut," katanya.
Pengawetan juga bisa digunakan untuk kepentingan public awareness akan keanekaragaman hayati Indonesia maupun kepentingan non ilmiah.
"Ke depan koleksi awetan bisa dimuseumkan, dinikmati banyak orang. Selain itu mungkin juga bisa digunakan sebagai hadiah kenegaraan. Presiden bisa memberikannya pada kepala negara lain. Ini akan menjadi prestige tersendiri," papar Sofi.
Sebagai upaya "mengganti" individu yang dipotong, Sofi dan rekannya pun melakukan riset pembiakan Amorphophallus titanium. Kini ada ratusan bibit bunga bangkai jenis tersebut yang diperoleh lewat kultur jaringan.
Dalam kerja sama pengawetan, Sofi dan rekannya mengajukan agar prosesnya bisa dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, banyak pihak dari Indonesia yang bisa belajar tentang teknik pengawetan bunga raksasa.
Belum diketahui usia mekar yang bisa dicapai setelah diawetkan. Namun, pengalaman Jepang, Rafflesia awetan bisa memiliki usia mekar hingga 3 tahun.
Bunga bangkai Amorphophallus titanum termasuk bunga langka di Indonesia. Bunga ini merupakan salah satu dari 18 jenis bunga bangkai endemik yang terdapat di Tanah Air. Individu bunga ini pun makin sulit ditemukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.