JAKARTA, KOMPAS.com — Observatorium Bosscha di Bandung terus memantau badai Matahari yang diperkirakan meningkat frekuensinya selama 2012 dan 2013 akibat peningkatan aktivitas Matahari. Demikian dikatakan Kepala Observatorium Bosscha, Hakim L Malasan, saat dihubungi Selasa (3/1/2012).
"Kita secara terus-menerus juga memantau aktivitas Matahari dan badai Matahari, bekerja sama dengan Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional)," jelas Hakim.
Menurut Hakim, Observatorium Bosscha adalah salah satu observatorium di dunia yang bertugas mengamati aktivitas Matahari. Hasil pengamatan nantinya akan dikirimkan ke National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang berpusat di Amerika Serikat.
"Hasilnya nanti akan digunakan untuk menyusun early warning system sehingga bisa dipakai pihak terkait untuk melakukan sosialisasi pada masyarakat tentang dampaknya," kata Hakim.
Menurut Hakim, badai Matahari kelas Medium (M) dan Ekstrem (X) yang mengarah ke Bumi bisa mengakibatkan gangguan komunikasi lewat telepon dan satelit, gangguan sistem perbankan seperti pada ATM, serta gangguan navigasi penerbangan serta bisa mengakibatkan gangguan kelistrikan.
"Astronom sekarang berperan untuk melakukan pengamatan Matahari dan menyusun early warning system. Selanjutnya, tergantung pada pihak lain yang berwenang," cetus Hakim.
Hakim menjelaskan, pemerintah seharusnya merespons ancaman badai Matahari. Setiap satelit yang dirancang seharusnya dilengkapi dengan pelindung terhadap risiko badai Matahari. Saat ini, kata Hakim, belum diketahui apakah satelit Palapa yang dimiliki Indonesia sudah dilindungi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.