Awan raksasa ini ditemukan para peneliti Jerman, Amerika Serikat, dan Cile yang sedang mengamati bintang-bintang di bagian inti
Awan ini berjarak 40 miliar kilometer dari pusat Galaksi Bimasakti. Ia bergerak mengitari inti Bimasakti dengan kecepatan 2.350 kilometer per jam. Tujuh tahun lalu, kecepatan gerak awan ini separuh dari kecepatannya saat ini.
Pola gerak awan mengelilingi inti Bimasakti berbentuk spiral, mirip pusaran air yang makin lama makin mendekati pusat pusaran air. Makin mendekati pusat, kecepatannya akan makin bertambah.
Karena itu, awan ini diprediksi akan terjebak dalam gravitasi lubang hitam supermasif di inti Bimasakti pada 2013. Ia akan masuk dalam piringan
Hampir semua inti galaksi berupa lubang hitam supermasif. Disebut supermasif karena massanya mencapai jutaan kali massa Matahari. Massa lubang hitam supermasif di pusat Bimasakti mencapai 4 juta kali massa Matahari.
Lubang hitam supermasif berbeda dengan lubang hitam bintang (stellar black hole) yang merupakan fase akhir dari perjalanan hidup bintang masif. Lubang hitam bintang bisa tercipta jika massa awal bintangnya lebih besar dari 20 kali massa Matahari.
Anggota Subkelompok Keahlian Galaksi dan Kosmologi, Program Studi Astronomi, Institut Teknologi Bandung, Ferry M Simatupang, pekan lalu, mengatakan, informasi tentang lubang hitam bintang cukup banyak diketahui karena pengetahuan para astronom tentang evolusi bintang cukup memadai. Namun, informasi tentang lubang hitam supermasif sangat kurang.