Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Bulan Merah Merona...

Kompas.com - 10/12/2011, 05:37 WIB

Gerhana penumbra terjadi saat Bulan memasuki daerah penumbra (bagian luar bayang-bayang Bumi). Pada tahap ini, perubahan warna Bulan sulit diamati dengan mata telanjang. Perbedaan warna dengan Bulan purnama tak tampak.

Sementara gerhana Bulan sebagian terjadi saat sebagian Bulan memasuki daerah umbra (bagian dalam bayang-bayang Bumi). Pada saat ini, perubahan warna Bulan bisa dibedakan oleh mata telanjang. Warna kuning Bulan menjadi lebih pekat.

Sementara itu, gerhana total terjadi saat seluruh Bulan memasuki umbra Bumi. Pada tahap ini perubahan warna Bulan paling jelas terlihat, Bulan menjadi kuning gelap kemerahan.

Pada gerhana Sabtu malam nanti, gerhana Bulan sebagian mulai terjadi pukul 19.46 Waktu Indonesia Barat (WIB). Adapun fase gerhana total akan terjadi pukul 21.06-21.57 WIB. Fase sebagian akan berulang hingga pukul 23.18 WIB.

Saat Bulan memasuki umbra Bumi, seluruh cahaya Matahari yang menuju ke Bulan terhalang Bumi. Kondisi ini seharusnya membuat Bulan menjadi gelap total. Ternyata, bulan masih memantulkan sinar Matahari meski lebih pekat warnanya.

Direktur Observatorium Bosscha ITB Hakim L Malasan mengatakan, sumber sinar Bulan saat gerhana Bulan total berasal dari sinar Matahari yang menembus atmosfer Bumi. Sedangkan bola Bumi memang mengeblok cahaya Matahari.

Saat melalui atmosfer Bumi, cahaya Matahari mengalami penyebaran. Cahaya berwarna biru dan hijau akan dihamburkan di atmosfer Bumi. Sedangkan cahaya berwarna kuning hingga merah diteruskan menuju Bulan. Ini membuat warna Bulan menjadi kuning pekat hingga kemerahan.

Sekitar 75 persen massa atmosfer Bumi ada di bagian bawah hingga ketinggian 10 kilometer (km), yaitu di troposfer. Di sini terdapat uap air yang membentuk awan dan mengeblok cahaya Matahari. Sedangkan di atas troposfer, yaitu stratosfer, pada ketinggian 10-50 km, banyak terjadi reaksi fotokimia dan radiasi ultraviolet.

Troposfer dan stratosfer ini berfungsi sebagai lensa berbentuk cincin yang membiaskan cahaya Matahari. Akibatnya, hanya cahaya merah yang bisa lolos hingga sampai ke Bulan. Atmosfer bagian atas yang lebih renggang lebih banyak meneruskan cahaya kuning.

Kondisi ini pernah terjadi pada sejumlah gerhana Bulan pasca-letusan Gunung Agung di Bali pada tahun 1963, Gunung El Chichon di Meksiko tahun 1982, dan Gunung Pinatubo di Filipina pada tahun 1991.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com