Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menduga Penyebab Runtuh

Kompas.com - 01/12/2011, 03:14 WIB

”Melengkungnya gelagar jembatan hanya menjadi salah satu pemicu runtuhnya jembatan. Prosedur pengencangan kabel penggantung agar gelagar jembatan kembali ke level semula inilah yang harus diselidiki lebih lanjut,” kata Hidajat.

Kelemahan sambungan

Bambang Suhendro, ahli konstruksi dari UGM yang memandu tim internal UGM menyelidiki runtuhnya jembatan, mengungkap skenario lain. Ia melihat kegagalan pada sistem sambungan antara kabel utama dan kabel penggantung.

”Nyawa” jembatan gantung, kata Bambang, pada sistem sambungan kabel. Pada saat perancangan, sistem sambungan ini harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan, stabilitas, kemampuan menopang saat perbaikan, dan ketahanan material.

Mengingat jembatan difungsikan 10 tahun, kelima syarat itu sebenarnya terpenuhi. Namun, karena sistem jembatan gantung ini elemen pentingnya pada kabel utama dan kabel penggantung, perawatan merupakan paling krusial.

Sistem sambungan ini banyak menahan beban tarik sehingga elemen sambungan, seperti kabel penggantung, klem, mur, dan bautnya, meregang secara lambat. Regangan ini penyebab gelagar jembatan melengkung mendekati patah. ”Kalau tak segera diperbaiki, badan jembatan bisa patah,” kata Bambang.

Gejala lain adalah ”kelelahan” bahan sambungan. Terus-menerus menanggung beban berat, kemampuan baja menahan beban berangsur menurun.

Regangan dan ”kelelahan” bahan ini bisa menyebabkan keretakan pada sistem sambungan. ”Jika ada 3-4 sambungan dalam kondisi buruk, sementara jembatan terus-menerus menerima beban, akan putus. Kemudian, terjadi efek domino, yaitu kabel lain ikut putus karena menanggung beban tambahan,” kata dia.

Hidajat menambahkan, perencanaan, pelaksanaan, dan perawatan pada jembatan harus dilakukan komprehensif. ”Pada jembatan, metode perawatan dan pelaksanaan perawatannya harus direncanakan sejak awal karena itu memengaruhi ukuran struktur jembatan,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com