”Melengkungnya gelagar jembatan hanya menjadi salah satu pemicu runtuhnya jembatan. Prosedur pengencangan kabel penggantung agar gelagar jembatan kembali ke level semula inilah yang harus diselidiki lebih lanjut,” kata Hidajat.
Bambang Suhendro, ahli konstruksi dari UGM yang memandu tim internal UGM menyelidiki runtuhnya jembatan, mengungkap skenario lain. Ia melihat kegagalan pada sistem sambungan antara kabel utama dan kabel penggantung.
”Nyawa” jembatan gantung, kata Bambang, pada sistem sambungan kabel. Pada saat
Mengingat jembatan difungsikan 10 tahun, kelima syarat itu sebenarnya terpenuhi. Namun, karena sistem jembatan gantung ini elemen pentingnya pada kabel utama dan kabel penggantung, perawatan merupakan paling krusial.
Sistem sambungan ini banyak menahan beban tarik sehingga elemen sambungan, seperti kabel penggantung, klem, mur, dan bautnya, meregang secara lambat. Regangan ini penyebab gelagar jembatan melengkung mendekati patah. ”Kalau tak segera diperbaiki, badan jembatan bisa patah,” kata Bambang.
Gejala lain adalah ”kelelahan” bahan sambungan. Terus-menerus menanggung beban berat, kemampuan baja menahan beban berangsur menurun.
Regangan dan ”kelelahan” bahan ini bisa menyebabkan keretakan pada sistem sambungan. ”Jika ada 3-4 sambungan dalam kondisi buruk, sementara
Hidajat menambahkan, perencanaan, pelaksanaan, dan perawatan pada jembatan harus dilakukan komprehensif. ”Pada jembatan, metode perawatan dan pelaksanaan perawatannya harus direncanakan sejak awal karena itu memengaruhi ukuran struktur jembatan,” kata dia.