Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Galapagos Versus Krakatau

Kompas.com - 30/11/2011, 16:29 WIB

KOMPAS.com - Saat ditanya tentang pulau yang paling menarik di Bumi, kebanyakan ahli biologi evolusi klasik akan menjawab Galapagos. Pulau gunung api yang mengapung di Samudra Pasifik, sekitar 972 kilometer dari Ekuador, ini merupakan ibu bagi teori evolusi Charles Darwin. Terasing di lautan, Galapagos telah dikolonisasi oleh spesies dari daratan sejak jutaan tahun lampau, menciptakan berbagai jenis spesies yang khas.

Charles Darwin (1809-1882) menjadi geolog pertama yang mengunjungi Galapagos tahun 1835. Saat itu, dia menemani Kapten Robert Fitzroy menumpang kapal Beagle untuk menyurvei daerah pesisir Amerika selatan (1831-1836). Saat itulah, Darwin mulai dikenal dengan tulisan-tulisan geologisnya sebelum akhirnya dikenal sebagai Bapak Evolusi.

Darwin tidak hanya terpesona oleh fenomena geologis di Kepulauan Galapagos, dia juga terkesima oleh biota unik dan luar biasa yang dia temukan di sana. Pertemuan dari tiga arus, aktivitas inti bumi, dan keterisolasian membentuk perkembangan kehidupan hewan tidak biasa seperti penyu raksasa, iguana, dan berbagai jenis kutilang yang menginspirasi Darwin membangun teori seleksi alam dan berikutnya teori evolusi manusia yang mengguncang dunia. Keragaman hayati Galapagos dianggap sebagai museum hidup dan percontohan evolusi sehingga UNESCO menetapkannya sebagai Situs Warisan Dunia yang dilindungi.

Namun, di balik keistimewaan spesies di Galapagos, ada lubang yang tak terjawab tentang bagaimana proses kolonisasi terjadi di sana. Kalau suksesi dan evolusi di Galapagos tidak ada catatan kapan mulainya, Krakatau justru sebaliknya. Krakatau menjadi lokasi yang telah dikunjungi ahli-ahli biologi setelah letusan hebat menghancurkan kepulauan ini pada 1883.

Banyak peneliti beranggapan pulau itu steril pascaletusan dan tahap demi tahap kedatangan kehidupan di pulau itu pun dicatat lewat berbagai kunjungan peneliti, khususnya Belanda. "Tahapan kehidupan di Krakatau terdata paling lengkap. Teori-teori suksesi primer di kawasan tropis lahir dari kegiatan penelitian di kompleks Krakatau, begitu juga pengetahuan tentang pembentukan hutan tropis yang kompleks," ujar ahli botani Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Profesor Tukirin Partomihardjo, yang aktif meneliti vegetasi di Krakatau selama 30 tahun.

Krakatau menyediakan peluang langka bagi peneliti yang ingin mendeteksi evolusi di pulau dalam kurun waktu lebih pendek dan skala ruang terbatas. Bahkan, kemunculan Gunung Anak Krakatau di atas permukaan laut tahun 1929 sekali lagi memberikan kesempatan kepada peneliti mengamati suksesi primer dan dampak dari letusan kepada kehidupan di sekitarnya.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Ahli botani dari Jerman, Alfred Ernst, dalam bukunya, The New Flora of The Volcanic Island of Krakatau (1908) menganalisis bagaimana kehidupan kembali hadir di Krakatau. Ia mendapati ekosistem Krakatau pada tahap lebih primitif daripada yang dilihat Charles Darwin di Kepulauan Galapagos. Krakatau mendemonstrasikan kekuatan alam kembali membangun ekologi yang kompleks dari tabula rasa.(Tim Penulis:Ahmad Arif, Indira Permanasari, Yulvianus Harjono, C Anto Saptowalyono)

Ikuti perkembangan Ekspedisi Cincin Api di: www.cincinapi.com atau melalui Facebook: ekspedisikompas atau Twitter @ekspedisikompas 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Terkini Lainnya

    Apakah Bumi Terjebak di Dalam Kekosongan Raksasa di Alam Semesta?
    Apakah Bumi Terjebak di Dalam Kekosongan Raksasa di Alam Semesta?
    Fenomena
    Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
    Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
    Fenomena
    Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
    Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
    Fenomena
    Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
    Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
    Kita
    Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
    Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
    Oh Begitu
    Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
    Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
    Oh Begitu
    Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
    Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
    Oh Begitu
    Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
    Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
    Oh Begitu
    Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
    Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
    Kita
    NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
    NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
    Fenomena
    Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
    Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
    Oh Begitu
    Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
    Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
    Oh Begitu
    Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
    Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
    Oh Begitu
    Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
    Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
    Oh Begitu
    Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
    Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
    Fenomena
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Komentar di Artikel Lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau