Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krakatau Menyingkap Rahasia Kehidupan

Kompas.com - 25/11/2011, 07:52 WIB

Namun, pendapat lain dikemukakan Cornelis Andreis Backer, anak buah Treub. Pada tahun 1908, dia mengunjungi Krakatau dan berpendapat bahwa terdapat akar, benih, dan organisme tanah yang mungkin bertahan dalam lubang yang terlindung di beberapa tempat di bagian selatan Rakata. Pendapat ini dibuatnya setelah dia melihat adanya batang kayu besar yang masih segar di bawah timbunan batu apung. Di lereng agak tinggi di bagian selatan, dia juga menemukan abu tidak terlalu tebal menutupi. Dia berpendapat bahwa musim hujan pada bulan September dan Oktober 1883 mungkin menyebabkan bertahannya kehidupan.

Tukirin menolak pendapat Backer. "Batang kayu yang ditemukan Backer bukan dari Rakata, tetapi dibawa gelombang laut beberapa tahun setelah letusan, lalu tertimbun longsoran batu apung," katanya.

Tukirin semakin yakin bahwa letusan Krakatau pada 1883 telah menciptakan tabula rasa setelah dia menemukan tonggak kayu menjadi arang, yang tersingkap di tebing pantai Rakata. "Arang kayu itu tertimbun batu apung dan pasir hingga kedalaman lebih dari 20 meter meter. Tidak mungkin ada kehidupan bertahan di bawah timbunan sedalam itu," katanya.

Hilangnya seluruh kehidupan setelah letusan 1883 atau adanya beberapa kehidupan yang bertahan masih menjadi perdebatan dengan bukti dan alasan masing-masing. "Kontroversi ini menjadi begitu mapan sehingga ia sudah lama diberi nama the Krakatoa (Krakatau) problem," tulis Simon Winchester (2003).

Namun, bagaimana pun kerasnya perdebatan, setiap ahli botani tetap saja tergelitik untuk mengetahui bagaimana kehidupan mengisi Krakatau pasca-letusan besar itu? Kapan, siapa atau apa, yang pertama kali datang dan mengolonisasi tabula rasa—atau setidaknya nyaris seperti tabula rasa itu? (Ahmad Arif, Indira Permanasari, Yulvianus Harjono, C Anto Saptowalyono)

Ikuti perkembangan Ekspedisi Cincin Api di: www.cincinapi.com atau melalui facebook: ekspedisikompas atau twitter @ekspedisikompas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com