Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Krakatau Sebelum 1883

Kompas.com - 25/11/2011, 06:49 WIB

Pukul 10.00, kami menyeberangi kaldera Krakatau dan mendarat di Legon Cabai, sisi timur Rakata. Hutan lebat menyelimuti pulau itu. Dedaunan yang luruh membentuk lapisan tebal. Suara burung riuh terdengar. Variasi pohon dan hutan di sini lebih rapat dibandingkan Sertung. ”Hutan di Rakata lebih stabil dibandingkan di Sertung yang banyak terganggu letusan Anak Krakatau,” kata Tukirin.

Setelah dua jam mendaki tanah berpasir, kami tiba di ketinggian 212 meter dari permukaan laut. Di tebing tinggi itu, kami menemukan sisa batang-batang kayu yang telah jadi seperti arang. Kayu itu tercetak di lapisan lava yang membeku, lalu tertimbun lapisan abu dan batu apung dengan kedalaman hingga lebih dari 20 meter.

Tebalnya material vulkanik yang menimbun arang itu, menurut Tukirin, membuktikan bahwa kehidupan tidak mungkin bertahan di pulau ini setelah letusan 1883. Tukirin lalu mengajak kami melihat kayu yang terarangkan di tepi pantai di sisi lain Pulau Rakata. "Tempatnya lumayan jauh, sekitar lima jam jalan," katanya menawarkan. "Namun, itu akan menjelaskan betapa seluruh pulau ini memang pernah tertimbun abu."

Kami pun bergegas menuju titik yang ditunjukkan Tukirin. Selama satu dua jam pertama, perjalanan cukup mengasyikkan. Kami masuk ke dalam teduhnya hutan. Namun, perjalanan berikutnya cukup melelahkan karena kami harus menyusuri pantai yang terik.

Sekitar pukul 16.00, kami akhirnya tiba di tepi pantai yang diapit tebing dengan ketinggian lebih dari 50 meter. Tonggak-tonggak kayu, berwarna hitam legam menyerupai arang, menyembul di tebing yang tersusun dari batu apung dan abu. Saat Krakatau meletus pada 1883, jatuhan awan panas yang bersuhu lebih dari 500 derajat celsius telah menutup sempurna pulau ini. Pepohonan lebat yang dilukis John Webber sebelum letusan bisa dipastikan musnah terpanggang. Jejak arang itu menjadi bukti penting tentang penciptaan tabula rasa atau area yang steril di kawasan ini setelah letusan.

"Jejak ini membuktikan Krakatau steril setelah letusan. Tak mungkin ada yang bertahan hidup ditimbun material panas setebal ini. Kehidupan binatang dan juga tanaman yang kita temui saat ini di sini muncul dari nol," katanya.

Tak terasa senja mulai datang. Kami harus bergegas kembali ke tenda di sisi lain Rakata sebelum gelap.(C Anto Saptowalyono)

Ikuti perkembangan Ekspedisi Cincin Api di: www.cincinapi.com atau melalui Facebook: ekspedisikompas atau Twitter @ekspedisikompas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com