Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

520 Hari Menuju Planet Mars

Kompas.com - 15/11/2011, 10:37 WIB

Kantor berita Associated Press (AP) menyebut eksperimen itu mirip sebuah reality show yang tak lazim daripada sebuah simulasi perjalanan angkasa internasional berteknologi tinggi. Enam kru dari beberapa negara bergabung dengan keterbatasan dalam berkomunikasi karena perbedaan bahasa.

Namun, veteran NASA yang juga konsultan luar angkasa, James Oberg, menyebut misi itu luar biasa. Secara psikis, misi tersebut lebih berat daripada misi sesungguhnya. Alasannya? ”Karena ini hanya permainan (gim),” kata dia.

Pada misi sesungguhnya, perjalanan menuju Mars akan ditempuh tanpa gravitasi, dengan risiko terpapar radiasi. Kru juga akan berjalan di atas permukaan Mars, dan mengumpulkan sejumlah sampel untuk dibawa ke Bumi.

Sementara, pada simulasi itu, kru murni hanya menjalani simulasi, termasuk pendaratan pesawat, berjalan di atas pasir permukaan Mars tiruan dengan setelan khusus yang berat, dan menancapkan bendera negara masing-masing kru.

Selama misi, mandi dibatasi beberapa kali dalam sebulan untuk menghemat air. Untuk makan, sehari-hari mereka mengonsumsi kapsul khusus yang biasa dikonsumsi astronot.

Alasan misi

Penyelenggara misi menyebutkan, eksperimen itu merupakan yang terbesar dalam sejarah simulasi menuju luar angkasa, termasuk di antaranya mengukur respons manusia ketika ”dikurung”, tingkat stres, dan keletihan dalam perjalanan ke Mars.

Penyelenggara menyebut eksperimen ini merupakan persiapan penting menuju planet Merah meski tak tahu kapan misi sesungguhnya dapat dilakukan manusia. Sejumlah penelitian sedang dilakukan, terkait dampak menuju Mars, seperti pada kerja otot tubuh, fungsi jantung, dan proses metabolisme.

Sejauh ini, Amerika Serikat menargetkan mendarat di Mars tahun 2030-an, sedangkan Rusia dan China merintisnya dengan mengirim satelit tanpa awak Phobos-Grunt, yang diluncurkan pada Rabu (9/11/2011). Namun, kehilangan kendali setelah sebelas menit diluncurkan.

Para pakar luar angkasa menyebut perjalanan nyata ke Mars masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Di antaranya, menciptakan pesawat yang praktis (compact) dan relatif ringan yang melindungi kru dari radiasi kosmis yang mematikan.

Deputi Kepala Badan Luar Angkasa Rusia Vitaly Davydov yakin, simulasi itu akan membantu langkah menuju misi Mars yang sesungguhnya. Barangkali, belum akan terwujud hingga pertengahan 2030-an dan yang jelas membutuhkan kerja sama internasional yang erat. (AP/BBC/SPACE.COM/GSA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com