Sayangnya, dengan semakin baiknya habitat, predator pun bertambah. Predasi oleh singa Afrika dan anjing liar Afrika menurunkan hingga 15 persen populasi antelop beberapa tahun terakhir. Untuk mengatasinya, di area konservasi yang sudah dibuat, komunitas Ishaqbini menciptakan area anti-predator seluas 2.400 hektar. Area itu memberi kemungkinan agi antelop untuk berkembang biak.
Yakub Dahiye dari National Museum Kenya di nairobi mengatakan bahwa langkah komunitas Ishaqbini sangat mulia dan patut dipuji. Namun, ia menilai, konservasi saja tidak cukup menyelamatkan hirola. "Seperti halnya penggembala nomaden, hirola memiliki kebiasaan yang sangat mobile. Mengingat ukuran lahan yang kecil dan padang rumput yang terbatas, hirola tidak mungkin ada di wilayah pemeliharaan itu," kata Dahiye seperti dikutip National geographic News, Selasa (8/11/2011).
Hirola juga menghadapi beragam tantangan. Antara lain harus bersaing dengan domba untuk mendapat makanan dan air, termasuk juga dengan penggembala ternak. Belum lagi perubahan gaya hidup dan modernisasi.
Pelestarian hirola kini bergantung pada lebih banyak pihak. Jika tidak, satu genus mamalia mungkin benar-benar akan sirna.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.