Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salju Putih yang Ternyata Berwarna Merah

Kompas.com - 24/10/2011, 21:09 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com — Snow White atau Salju Putih adalah satu dunia baru di Tata Surya yang mengejutkan para astronom. Salju Putih sejatinya merupakan sebuah planet kerdil yang terletak di Sabuk Kuiper, sebuah lokasi di Tata Surya yang sedikit lebih jauh dari planet Neptunus.

Salju Putih ditemukan pada tahun 2007 dan memiliki nama ilmiah 2007 OR10. Penemu Salju Putih, Mike Brown dari California Institute of Technology (Caltech), pada awalnya menduga bahwa Salju Putih adalah pecahan dari planet kerdil lain disebut Haumea.

Mike menerangkan, 2007 OR10 dijuluki Salju Putih karena diduga pasti membawa karakteristik Haumea yang punya lapisan air berwujud es, seperti salju yang berwarna putih. Namun, pada akhirnya diketahui bahwa Salju Putih sebenarnya berwarna merah.

Karakteristik warna merah ini sesuai dengan karakteristik rata-rata obyek di Sabuk Kuiper yang umumnya memiliki warna merah. Dengan fakta ini, harapan ilmuwan untuk menemukan air di planet kerdil itu pun pupus.

Di tengah pupusnya harapan, ketika meneliti lebih lanjut dengan Teleskop Magellan Blade berukuran 6,5 meter di Cile pada tahun lalu, Mike Brown ternyata benar-benar menemukan adanya air di planet kerdil itu. Ia lalu memublikasikan hasil mengejutkan itu di Astrophysical Journal Letters bulan lalu.

"Hasil penelitian itu sangat mengejutkan. Air tidak berwarna merah," kata Brown seperti dikutip Space.com, Rabu (19/10/2011) lalu. Dengan hasil tersebut, Brown lalu membandingkan dengan planet kerdil lain yang ditemukan pada tahun 2002.

Planet kerdil itu dikenal dengan nama Quaoar dan memiliki karakteristik serupa dengan Salju Putih, berwarna merah tapi memiliki air. Perbedaannya hanya pada ukuran, di mana Quaoar sedikit lebih kecil dari Salju Putih.

Teori yang diyakini sampai saat ini menjelaskan, Quaoar pernah memiliki atrmosfer yang terdiri dari senyawa mudah menguap, yakni metana, karbon monoksida, dan nitrogen. Karena gravitasi tak kuat menarik senyawa kimia tersebut maka Quaoar kehilangan atmosfernya.

Seiring waktu berjalan, radiasi membuat molekul metana yang terdiri dari satu atom karbon dan 4 atom hidrogen bergabung satu sama lain. Sebuah rantai metana pun terbentuk di atas lapisan es Quaoar, yang tampak berwarna merah jika diamati dari Bumi. Brown menduga, Salju Putih mengalami proses yang sama dengan Quaoar.

"Kombinasi itu, merah dan air, mengatakan pada saya adanya metana. Itu pada dasarnya sedang melihat 'embusan napas' terakhir Salju Putih. Selama 4,5 miliar tahun, Salju Putih telah ada di sabuk Kuiper dan perlahan kehilangan atmosfernya, dan kini hanya tersisa sedikit bagian. Tapi semuanya masih dugaan," jelasnya.

Adanya air sudah pasti, tetapi adanya metana masih diperdebatkan. Brown berencana untuk meneliti Salju Putih lebih lanjut dengan teleskop yang lebih besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau