KOMPAS.com - US Strategic Command akhirnya merilis update status rongsokan satelit ROSAT yang diperkirakan telah jatuh ke Bumi, Minggu (23/10/2011). Seperti dipublikasikan oleh situs Spaceweather hari ini, Harro Zimmer yang merupakan pakar satelit ROSAT menyatakan bahwa satelit memasuki kembali atmosfer Bumi pada pukul 08.56 WIB pada koordinat 21,33 Lintang Utara dan 100,32 Bujur Timur.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa ROSAT kemungkinan jatuh di wilayah Thailand Utara, 500 km timur kota Chiang Mai. Analisis memperlihatkan bahwa titik masuk satelit ini (disebut titik interface) adalah pada ketinggian 122 km.
Pada saat masuk titik interface, satelit terjun dengan kecepatan 7,2 km per detik dan masih mencapai ratusan kilometer per jam saat menumbuk Bumi. Beberapa bagian satelit ROSAT terbakar saat memasuki atmosfer. Menurut estimasi, terbakarnya bagian satelit itu mulai terjadi pada ketinggian 80 km.
Tim ahli Badan Hisab dan Rukyat dan astronom amatir Ma'rufin Sudibyo dalam posting di jejaring sosialnya mengatakan bahwa tidak semua bagian satelit terbakar habis. "Diestimasikan 30 kepingan dengan massa total 1,7 ton atau setara 71 persen massa total satelit, selamat dari pemanasan hebat di atmosfer dan menghantam Bumi di kecepatan tinggi," jelasnya.
Lebih lanjut, Ma'rufin menerangkan, bahwa kepingan-kepingan satelit diperkirakan jatuh di sepanjang lintasannya ke arah timur laut hingga memasuki perbatasan Thailand-China. Belum ada laporan adanya penduduk yang melihat kilatan cahaya yang menandakan satelit terbakar. Diperkirakan, satelit jatuh di wilayah pegunungan berhutan lebat yang tidak dihuni manusia.
"Jatuhnya kepingan satelit ROSAT di daratan Thailand utara menandai peristiwa pertama jatuhnya sampah antariksa berukuran besar di darat dalam 9 tahun belakangan," kata Ma'rufin.
Sebelumnya, peristiwa jatuhnya sampah antariksa besar di darat terjadi tahun 2002, saat pesawat ulang alik Columbia pecah menjadi kepingan di atas Texas dan Florida. Jatuhnya rongsokan satelit menjadi peringatan akan resiko sampah antariksa.
Bulan lalu, satelit UARS (Upper Atmospheric Research Satellite) milik NASA juga jatuh ke Bumi, tepatnya di wilayah Pasifik. Sejumlah rencana dimiliki para ilmuwan untuk mengatasi masalah sampah antariksa. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) kini tengah berusaha mendaur ulang sampah antariksa menjadi satelit baru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.