Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satelit ROSAT Mungkin Jatuh di Asia Tenggara

Kompas.com - 24/10/2011, 12:19 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com — Bangkai satelit ROSAT milik Jerman telah jatuh ke Bumi, Minggu (23/10/2011). Diperkirakan, satelit tersebut masuk atmosfer Bumi antara pukul 8.45 dan 9.45 pagi, dan 10-15 menit kemudian pasti telah menghantam Bumi. Sebanyak 30 fragmen dengan total berat 1,87 ton dari satelit tersebut diperkirakan menghantam Bumi dengan kecepatan 450 km per jam.

Hingga saat ini, para ilmuwan masih berusaha menemukan bagaimana dan di mana bangkai satelit tersebut jatuh. Andreas Schuetz, juru bicara German Aerospace Center, seperti dikutip AP, Minggu, mengatakan bahwa pada saat re-entry, satelit ROSAT mungkin berada di atas dataran China. Dengan demikian, bangkai satelit itu kemungkinan besar jatuh di wilayah Asia. Meski begitu, hingga hari ini belum ada kepastian.

Sama dengan Schuetz, Jonathan McDowell dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics mengatakan bahwa sebelum masuk kembali ke atmosfer Bumi, ROSAT memang melewati China. Menurut dia, satelit tersebut lewat di dua kota China yang padat populasi, Chongqing dan Chengdu. "Namun, kalau memang satelit itu jatuh di kota padat populasi, pasti sudah ada laporannya sekarang," kata McDowell seperti dikutip AP, Senin.

Berdasarkan kalkulasi dari data militer Amerika Serikat, McDowell mengatakan bahwa ROSAT mungkin jatuh di wilayah Asia Tenggara. Perkiraan wilayahnya adalah di Samudra Hindia wilayah timur Sri Lanka, Laut Andaman lepas pantai Myanmar, atau di antara wilayah Myanmar dan Cina. McDowell mengungkapkan, butuh beberapa hari untuk mengonfirmasinya. "Saya pikir kita tidak akan mendapat konfirmasinya dalam waktu dekat," katanya.

Satelit ROSAT adalah satelit milik Jerman yang diluncurkan pada 1990 dan dinonaktifkan sejak tahun 1999. Satelit tersebut menjadi alat bantu observasi lubang hitam dan bintang neutron menjadi alat pertama yang memakai sinar X untuk obervasi antariksa. Ilmuwan memprediksi, bagian terbesar dari satelit yang mungkin jatuh adalah cermin tahan panas yang dimilikinya.

"Dampak (apabila cermin itu jatuh) akan sama dengan mesin pesawat yang jatuh. Bagian itu akan menghancurkan apa pun yang ditimpanya, tetapi tidak punya konsekuensi secara luas," tutur McDowell.

Jatuhnya bangkai satelit ini bukan yang pertama kali. Sebelumnya, satelit Upper Atmospheric Research Satellite (UARS) milik NASA telah jatuh di wilayah Pasifik, September lalu.

Jatuhnya bangkai satelit menandakan banyaknya sampah antariksa. Para ilmuwan kini tengah berpikir cara untuk membersihkannya. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) kini tengah berusaha mengumpulkan sampah antariksa tersebut dan mendaur ulangnya menjadi satelit baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com