Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Geowisata Toba yang Diabaikan

Kompas.com - 15/10/2011, 09:03 WIB
Amir Sodikin,
Indira Permanasari S

Tim Redaksi

Menurut warga Samosir lainnya, Ifi D Sitanggang (25), lebih banyak warga yang memahami Pulau Samosir ataupun Danau Toba dari logika mitos. Hanya sebagian generasi mudanya yang mendapatkan pemahaman ilmiah tentang Toba dan Samosir dari bangku sekolah.

Polesan geowisata

Toba adalah aset wisata bertaraf internasional yang terabaikan dari hal-hal kecil. Di dunia ini, lokasi-lokasi wisata bernilai geologi penting, berlomba-lomba mengelola kawasan wisata dengan serius. Salah satunya mengikuti konsep geopark atau taman bumi yang dikembangkan Organisasi

Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco).

Kawasan yang mendapat predikat taman bumi Unesco melambung namanya di tingkat internasional dan menjadi rujukan wisatawan dunia. Hingga kini, setidaknya ada 77 taman bumi dari 24 negara. Dari jumlah itu, tak satu pun berasal dari Indonesia. Negara tetangga kita sudah memulainya, yakni Malaysia dengan Langkawi dan Vietnam dengan Dong Van Karst Plateau-nya.

Dengan potensi Toba yang begitu memesona sekaligus megah, tentu tak ada yang bisa menyangkal jika Danau Toba layak menjadi taman bumi. Sayangnya, untuk menjadi taman bumi, terasa sulit karena hingga kini Toba masih bergulat dengan hal-hal sepele, seperti tiadanya informasi berkualitas, kawasan yang tak tertata, dan minimnya akomodasi.

Karena kendala itu, geolog dari Museum Geologi, Indyo Pratomo, mengatakan, kita tak harus memakai konsep taman bumi dari Unesco jika memang belum mampu. Untuk Toba, pendekatan prinsip-prinsip geowisata bisa langsung dipakai daripada pendekatan taman bumi yang justru riskan bagi manajemen yang korup.

”Geopark memang memproteksi sebuah kawasan dari berbagai sisi, mulai dari geologi, biologi, keanekaragaman hayati, hingga budayanya. Namun, hati-hati, status geopark hanya diberikan selama tiga tahun. Setelah itu akan dinilai lagi, betul tidak wisata tersebut juga menyejahterakan masyarakat,” kata Indyo.

Jika ternyata manajemen kesejahteraan masyarakat lokal tak dilaksanakan, status geopark dicabut. ”Itu artinya kita mempromosikan kegagalan Indonesia ke dunia luar,” kata Indyo.

Prinsip geowisata lebih sederhana, yaitu memperkaya atau menambahkan informasi geologi untuk obyek wisata, baik untuk daerah tujuan wisata maupun untuk pengembangan wisata. Dampaknya, pengunjung bisa mendapatkan informasi baru sambil berekreasi. Secara teknis, hal itu bisa dilakukan dengan membuat leaflet, brosur, poster, atau buku wisata yang juga mengurai tentang khazanah geologi Toba. (Mohammad Hilmi Faiq/Ahmad Arif)

Baca selanjutnya: Rute geowisata ...

  Lihat Ekspedisi Cincin Api Kompas - Toba di peta yang lebih besar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com