Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkitnya Ritual Orang Gunung

Kompas.com - 14/10/2011, 11:11 WIB
Ahmad Arif,
Indira Permanasari S

Tim Redaksi

Ritual juga diadakan di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, dan di Desa Kuta Rakyat, Kecamatan Naman Teran. Seekor kambing putih dan lembu dilepaskan di kaki gunung sebagai persembahan.

Ritual hampir dilakukan sepanjang tahun. Warga biasanya segera mengadakan ritual jika merasa menemukan keganjilan. Seperti yang terjadi di Desa Guru Kinayan, pertengahan Juli 2011.

Beberapa warga mengaku melihat sarilala, semacam bola api, melintasi desa mereka. Khawatir terjadi musibah, terutama karena gunung meletus, warga menaruh sesaji di tempat keramat, seperti sumber air, pohon besar, dan makam kuno.

Guru si baso didaulat menjadi medium untuk meminta kepada roh leluhur. Puluhan warga lalu berduyun-duyun menuju jambur, tempat mereka menari-nari diiringi gendang. Aparat desa pun turut serta dalam ritual tersebut.

Salah seorang warga, Harapan Sembiring (60), turut dalam upacara itu karena berharap desanya tak terkena petaka. Ritual itu juga membawa manfaat lain. Upacara yang dipersiapkan dengan gotong-royong telah membangkitkan kebersamaan. ”Orang-orang tua juga berpesan dalam upacara tadi supaya warga akur, saling tolong, dan berbuat baik,” ujarnya.

Sebelum letusan Sinabung, ritual tradisional sulit ditemui. Rita Smith Kipp, antropolog dari Kenyon College, dalam bukunya, Dissociated Identities Ethnicity, Religion, and Class in an Indonesian Society, 1993, menulis, ritual skala besar mulai jarang dijumpai di Karo sejak 1970-an. Redupnya ritual ini, menurut Rita, tak lepas dari kian banyaknya orang Karo yang memeluk agama formal.

Memudar bukan berarti hilang. Antropolog dari Universitas Sumatera Utara, Sri Alem Sembiring, sejak lama mengamati peran guru si baso sebagai penjaga tradisi. ”Masyarakat memang jarang mengadakan upacara, tetapi kelompok tabib dan guru rutin melakukan ritual di tempat keramat,” ujarnya.

Namun, Sri Alem menangkap perbedaan ritual yang dilakukan sebelum dan sesudah letusan. Sebelum letusan, ritual tidak khusus ditujukan atau terkait gunung. Alasannya, selama ratusan tahun Sinabung tidak pernah meletus sehingga masyarakat tidak lagi memiliki memori yang menakutkan terhadap gunung.

Ketika Sinabung meletus, berbagai ritual yang dasarnya pemberian sesaji alias ercibal untuk tolak bala itu difokuskan ke Sinabung.

Ritual-ritual ini dipimpin guru si baso yang menjadi penghubung antara warga dan roh. Guru diyakini memiliki pengetahuan tentang alam semesta yang berasal dari Yang Kuasa. Mereka juga berfungsi sebagai biak penungkunen, tempat meminta penjelasan dan sehat atas peristiwa aneh yang dialami.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com