”Kami belum tahu pasti apa saja yang akan terjadi bila gletser terus menyusut dan akhirnya hilang,” kata Dodo. Salah satu hasil penelitian sejarah iklim akan menjawab pertanyaan tersebut.
Dengan mengetahui sejarah iklim lewat lapisan gletser yang dianalisis, tim juga akan mengetahui berbagai perubahan pada masa datang. ”Sejauh ini kami belum banyak informasi. Bahkan, umur gletser di Puncak Jaya pun belum diketahui,” kata Donaldi.
Penyebabnya, tidak ditemukan fosil organisme yang terjebak di sampel inti es. Jumlah potongan yang harus dianalisis pun mencapai puluhan ribu.
Di tengah analisis inti es yang masih berlangsung, BMKG berencana memasang sensor otomatis pemantau cuaca di Puncak Jaya dan mengambil sampel sedimen sejumlah danau di sana. ”Mudah-mudahan bisa segera terwujud,” kata Dodo.
Penelitian iklim di Puncak Jaya dinilai strategis. Puncak Jaya menjadi satu dari tiga gletser tersisa di kawasan tropis, selain Kilimanjaro, Tanzania (5.895 mdpl di Afrika), dan Andes, Peru (6.962 mdpl di Amerika Selatan). Data sejarah iklim di Puncak Jaya akan menambah informasi tentang fenomena perubahan iklim ekstrem di kawasan tropis.