Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menemui Momok Hutan Jelatang

Kompas.com - 15/09/2011, 09:15 WIB

Rupanya inilah area jelatang yang menjadi momok para pendaki. Kami tidak sadar terjebak karena jenis jelatang yang kita identifikasi di kaki gunung adalah jelatang jenis batang, berbeda dengan jelatang di sini. Saat tertusuk duri-duri jelatang yang kecil tidak terlihat, seketika itu juga sakit luar biasa langsung terasa. Syukur, sakit hebat hanya dirasakan selama 15 - 30 menit. Berbeda dengan jenis jelatang di kaki gunung yang menurut warga setempat sakitnya bisa berminggu-minggu lamanya dan bisa membawa kematian.

Insiden tadi menjadi pengantar insiden berikutnya. Jalur yang kita lewati menuju pos empat merupakan hamparan kebun jelatang yang sangat luas dengan tinggi rata-rata satu meter bahkan lebih karena sifatnya merambat. Tidak jarang kita harus berjalan dengan membungkuk sangat rendah menyusuri lorong rambatan jelatang. Anggota tim ekspedisi tidak bisa lagi menghindar dari tumbuhan ini, semuanya merasakan!

Bagaimana dengan para pendaki yang melakukan summit attack pada malam hari dan melalui hutan jelatang ini? Bisa dipastikan merasakan gatal dan harus menahan sakit. Tentu perjalanan malam menuntut kewaspadaan ekstra agar tidak terperosok dalam hamparan jelatang.

Sekitar 1,5 jam lamanya melintasi hutan jelatang, tim tiba di pos empat. Pohon-pohon di pos ini cukup besar dengan hamparan jelatang di bawahnya. Tim memilih area yang aman untuk duduk sebentar lalu melanjutkan menju pos lima.

Tumbuhan jelatang masih dijumpai saat perjalanan menuju pos lima tapi tidak sebanyak pos sebelumnya. Pemandangan mulai redup dan jalur yang kita lalui adalah vegetasi terbuka. Di horizon hanya terlihat matahari mulai turun dan hamparan awan menutupi lereng gunung. Petang itu tim ekspedisi tiba di pos lima, yaitu titik untuk melakukan summit attack di pagi buta. Bersambung

Foto lengkap di: KOMPAS IMAGES

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com