KOMPAS.com — Sebelum Taman Nasional Ujung Kulon ditetapkan, Sarija (66), warga Ujung Jaya, Kecamatan Sumur, lebih dulu menggarap lahan itu sebagai kebun. Ia dan ratusan warga desa tersebut telah berdiam di sana sejak lama dan terbiasa hidup berdampingan dengan badak jawa.
Sarija cukup terkenal di dunia perbadakan Ujung Kulon. Ia adalah warga lokal yang menjadi pemandu utama fotografer satwa liar Alain Compost saat berburu gambar di Ujung Kulon tahun 2001.
Perjalanan memasuki hutan selama berhari-hari dan penggunaan perahu kedap suara membuahkan hasil jepretan yang legendaris. Compost mendapatkan foto badak jawa (Rhinoceros sondaicus) sedang mandi di sungai. Sebuah adegan yang sangat jarang terekam.
Kini, lelaki beranak dua itu hanya duduk terpaku saat ekskavator meratakan lahan garapannya yang ditanami kelapa dan mangga untuk dibangun pagar beraliran listrik.
Tetangga Sarija, Arman (70), juga kehilangan sebagian lahan garapan yang ditanami jagung. Ekskavator itu menerabas ladangnya yang akan dijadikan lahan konservasi badak berupa semacam "kandang".
Proyek pembuatan kandang yang disebut Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) itu dimulai 20 Juni 2011. Proyek bermula dari Pos Cilintang menuju Aermokla sejauh 5 kilometer melintasi kebun warga dan hutan.
Masyarakat berkorban
Eko Cahyono, aktivis Sajogyo Institute (Sains), menuturkan, masyarakat lokal banyak yang tinggal bertautan dengan areal Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Dari sekitar 261,61 hektar lahan garapan masyarakat, sekitar 110 hektar di antaranya di Kampung Legon Pakis, Ujung Jaya, terserobot proyek itu. Lahan tersebut selama ini ditanami padi, kelapa, kopi, petai, melinjo, jengkol, dan mahoni.
Itu baru dari satu desa. Di sebelah timur TNUK, sekitar Gunung Honje, ada 15 desa di sekitar kawasan konservasi. Lahan mereka masih tumpang tindih dengan areal TNUK, yang diklaim memiliki luas 78.169 hektar daratan dan 44.337 hektar lautan. Namun, proyek JRSCA seluas 3.000 hektar-4.000 hektar tersebut hanya bersentuhan dengan Desa Ujung Jaya.
Konservasi badak