Maka, mulailah sejarah stasiun antariksa, yang diwarnai dengan ”perlombaan antariksa” antara Amerika Serikat dan Uni Soviet—lalu jadi Rusia saat Uni Soviet pecah tahun 1991. Seperti kisah ”pendaratan di Bulan” saat Uni Soviet mengirim Sputnik ke Bulan lebih dulu daripada AS, sebelum astronot AS, Edwin Aldrin, menapakkan kaki di Bulan, soal laboratorium antariksa juga diawali Uni Soviet.
Tahun 1971, Uni Soviet meluncurkan Salyut-1. Dua tahun kemudian, AS mengorbitkan Skylab yang sempat dikunjungi tiga awak sebelum tahun 1974 ditinggalkan. Kedua negara kemudian ”rujuk” setelah Uni Soviet meluncurkan Mir dan AS mengembangkan Freedom.
Tahun 1993, kedua negara raksasa, Rusia dan AS, sepakat berbagi tugas demi terciptanya laboratorium antariksa yang bisa didiami manusia. Maka, digabunglah proyek Mir-2 dari Badan Antariksa Rusia (RSA) dengan Freedom—proyek Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA).
Pesawat ulang alik AS menjadi pembawa kebutuhan membangun ISS; mulai dari tiang penopang, 4 elemen rangkaian sistem energi surya, kebutuhan laboratorium, dan modul agar ISS bisa ditinggali manusia, juga sistem untuk ”berjalan di ruang angkasa” (spacewalk).
Pihak Rusia menyediakan, antara lain, modul pendaratan (universal docking module). Negara-negara Eropa Barat—anggota Badan Antariksa Eropa (ESA)—menyediakan laboratorium sains Columbus, serta kendaraan untuk transfer kargo secara otomatis (ATV). Tahun 1998, ISS diluncurkan.
Penelitian kemanusiaan
Sepanjang sejarah kehidupan, manusia selalu disesaki kegalauan; akan asal muasal kehidupan, hingga kemungkinan adanya kehidupan di luar planet Bumi, di antariksa yang gravitasinya nol.
Bagi AS, berdasarkan undang-undang terkait NASA tahun 2010, ada empat wilayah penelitian di ISS, yaitu bidang kesehatan, eksplorasi, teknologi yang memungkinkan eksplorasi antariksa di masa depan, riset sains untuk fisika dan kehidupan manusia, serta penelitian untuk ilmu bumi dan antariksa.
Awal Juli lalu, penelitian akan vaksin Salmonella, Recombinant Attenuated Salmonella Vaccine dimulai di ISS, juga dilakukan penelitian terhadap ragi untuk mengetahui efek gravitasi nol pada sel-sel manusia.
Eksplorasi antariksa terus berlanjut di masa depan. Untuk itu, AS memiliki program bagi penelitian komunitas yang bisa diikuti oleh pelajar usia di bawah 10 tahun hingga remaja.
Namun, masa hidup ISS tinggal 4-9 tahun. Rencananya, ISS akan diterjunkan dan ditenggelamkan ke lautan, paling cepat tahun 2015 dan paling lambat tahun 2020.
Menurut Wakil Kepala RSA, Vitaly Davydov, penghentian pengorbitan ISS akan dilakukan secara hati-hati agar ISS tidak menjadi ”sampah antariksa yang berbahaya”. Rusia menenggelamkan Mir di Pasifik tahun 2001, Skylab milik AS jatuh dari orbit tahun 1979.
Kini, ISS adalah wahana antariksa terbesar sepanjang sejarah—bisa disaksikan dengan mata telanjang dari Bumi dan bisa ditinggali enam orang. Dengan apa kisah eksplorasi manusia di antariksa akan dilanjutkan memang belum jelas. Namun, manusia tak akan menyerah.(oberth-museum.org/NASA.org)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.