Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Goa Karst, "Surga" Manusia Purba

Kompas.com - 12/07/2011, 09:32 WIB

Menurut Daud, ilmuwan Junghuhn yang pernah berkunjung ke Gunung Kidul pada tahun 1800-an dalam beberapa artikelnya menyebutkan, ia sempat melihat hewan-hewan tersebut di sana.

Dilihat dari banyaknya penemuan jejak aktivitas manusia purba di sejumlah goa, diperkirakan pola pergerakan kehidupan manusia purba saat itu adalah seminomaden, di mana goa-goa menjadi tempat sentral untuk berkumpul. Sebab, goa merupakan tempat strategis untuk berlindung dari panas.

Berdasarkan penemuan secara terpadu di goa-goa kawasan Gunung Kidul, terdapat beberapa kekhususan yang ditemukan dari aktivitas manusia purba di sana. Beberapa hal khusus yang ditemukan adalah adanya praktik penguburan, perburuan dengan alat, adaptasi daerah berhutan dengan berlindung di dalam goa, ritual, dan perburuan monyet.

Praktik penambangan

Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul hingga saat ini baru mendata 119 goa karst. Diperkirakan masih banyak goa yang belum terdata.

Ironisnya, di goa-goa tempat ditemukannya jejak manusia purba justru terjadi aktivitas penambangan fosfat dan kalsit secara masif. Beberapa goa yang ditambang adalah Goa Lawa dan Song Bentar di Kecamatan Ponjong.

”Timbunan kotoran kelelawar yang berlangsung bertahun-tahun kini dieksploitasi tanpa terkendali. Goa-goa di Kecamatan Ponjong dan Panggang mengalami kerusakan parah akibat penambangan ini,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunung Kidul, Surya Aji.

Setelah melakukan pengamatan dan penelitian, akademisi sekaligus peneliti UGM pernah mengusulkan kepada masyarakat setempat agar menghentikan aktivitas tambang dan mencari mata pencarian lain dengan mengembangkan potensi wisata goa. Sebab, di samping menghapus peninggalan bersejarah, penambangan juga mengakibatkan erosi dahsyat di saluran air bawah tanah.

Hasil penelitian para arkeolog UGM menunjukkan, goa-goa dan sungai bawah tanah di sekitar Kecamatan Ponjong ternyata berhubungan dengan Goa Bribin di Kecamatan Semanu, Gunung Kidul. Jika penambangan tak dihentikan, dikhawatirkan erosi dari hasil tambang akan menyumbat proyek sumur bawah tanah di Goa Bribin tersebut.

Kini, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul sedang berusaha keras mengajak masyarakat memanfaatkan potensi alam setempat untuk pariwisata. Namun, hingga sekarang masih juga berlangsung penambangan di sejumlah goa karst Gunung Kidul.

”Kami sedang membina kelompok-kelompok masyarakat yang ada untuk membentuk pariwisata berbasis masyarakat. Kalaupun ada investor, mereka juga harus bekerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat dan hasilnya harus ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Surya.

Daud menambahkan, bagaimanapun, praktik penambangan tak akan mendatangkan keuntungan, tetapi justru kerugian. Sebab, pemasukan yang didapat tak sebanding dengan kerugian alam luar biasa yang tak bisa diperbaiki dalam jangka waktu pendek.

Yang lebih parah, penambangan akan menghapus segala macam jejak peninggalan bersejarah yang tercecer di goa-goa karst Gunung Kidul. Artinya, tabir sejarah yang baru sedikit terungkap itu akan hilang tak berbekas karena rusaknya ”surga-surga” manusia purba Gunung Kidul itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com