Pengguna divine cigarette akan membuat rokok terasa lebih ringan saat diisap. "Apalagi, saat merokok di ruang ber-AC, tidak timbul kabut asap tebal dan tidak membuat ruangan bau. Juga tidak berbahaya pada perokok pasif kalau berdampingan," katanya.
Menurut Sutiman, asap rokok berasal dari pembakaran tidak sempurna yang menghasilkan ribuan komponen berbahaya. Dari komponen tersebut, ditemukan sekitar 5.000 komponen yang bisa diamati, seperti aseton (cat kuku), toluidin (cat), metaanol (spiritus bakar), polonium (bahan radiaktif), arsen (racun tikus), serta toluene (pelarut industri).
Radikal bebas dari asap rokok memang berbahaya, tapi komponen racunnya bisa diminimalkan. "Hasil penelitian divine cigarette itu masih dalam bentuk fase-fase awal. Karena itu, saya masih merancang penelitian lanjutan," katanya.
Namun, sejak divine cigarette mulai diedarkan secara terbatas di wilayah Malang, dalam seharinya sudah ada permintaan sekitar 30 pak dari para perokok berat. "Hasil penjualan itu dipergunakan untuk biaya penelitian lanjutan yang sudah saya rancang," katanya.
Sejauh ini masih tersisa dua penelitian lanjutan yang bakal dikerjakan Sutiman, yakni, karakter jenis-jenis asap dan mengumpulkan data-data dari pengguna divine cigarette. "Ada 200 responden yang dilibatkan dalam penelitian tersebut," ujarnya.
Demi uji coba divine cigarette, Sutiman mendirikan laboratorium swasta yang diberi nama Lembaga Penelitian Peluruhan Radikal Bebas di Malang. "Biayanya dari para donatur," ujarnya.
Produksi divine cigarette, menurut Sutiman, masih dibatasi. Itu karena hasil temuannya masih menuai kontroversi di dunia kesahatan. "Temuan kami itu masih belum sata tawarkan ke perusahaan rokok dan kami tak menggunakan sistem marketing. Karena semuanya masih dalam tahap penyempurnaan," katanya.
Filter rokok berukuran sekitar 7 milimeter dengan panjang 2 sentimeter hasil temuan Sutiman tersebut dikemas dalam plastik transparan. Harga per bungkus Rp 10.000, yang berisi 30 filter rokok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.