Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melongok Industri Perhiasan Emas Tertua di Magelang

Kompas.com - 12/06/2011, 14:04 WIB

Industri perhiasan emas milik Basar sempat mengalami masa kejayaan pada kurun 1970 hingga 1980-an. Untuk menyelesaikan garapan, ia sampai harus mempekerjakan sekitar 15 orang. Kala itu pesanan anting-anting saja bisa mencapai 500 pasang tiap minggu. "Liontin juga sekitar 500 buah. Itu belum yang pesan cincin, kalung, dan gelang," ungkap Basar.

Untuk membuat perhiasan-perhiasan itu, dibutuhkan emas lantakan yang dijual di toko-toko logam mulia. Emas lantakan berbentuk batangan atau lempengan, dan umumnya berkadar 24 karat atau emas murni. Sepotong emas lantakan ada yang sampai berbobot 3 kilogram. Yang paling bagus bermerek "London", berkadar 99,99. "Tukang-tukang emas di sini menyebutnya emas ciok kim," ucap Joko.

Dulu Basar dan pekerjanya biasa mengerjakan sekarung emas lantakan untuk dibuat perhiasan. "Sekarang karena pesanan tak banyak, emas lantakan cukup beberapa potong saja," kata Basar.

Kendati mulai surut, sampai sekarang usaha rumahan ini masih tetap sanggup menerima perhiasan dengan bentuk apa pun. Pekerjaan lebih cepat selesai kalau pemesan membawa contoh model yang diinginkan. "Pernah ada gubernur di Sumatera yang pesan lencana emas seberat 50 gram. Dia pesan lewat orang Yogyakarta, tapi kami yang membuatkan," lanjut Joko.

Peralatan yang dimiliki industri rumahan ini memang terlihat cukup lengkap. Untuk jenis gunting saja, bentuk dan ukurannya ada beberapa macam. Begitu dengan alat gilingan serta alat-alat solder.

Keahlian Basar ataupun para pekerja dalam membuat perhiasan emas didapat tanpa melalui pendidikan atau pelatihan khusus. Tidak pernah ada pembinaan dari pemerintah. Bakat-bakat alam mereka terus diasah dari waktu ke waktu.

Bermodal kepercayaan dan kualitas garapan, berapa pun jumlahnya, order tetap mengalir. "Kalau hasil tidak sesuai keinginan konsumen, tentu kepercayaan bisa hilang," ujar Joko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com