Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakrie Fokus Industri Terintegrasi

Kompas.com - 18/05/2011, 22:58 WIB

KISARAN, KOMPAS.com — Perusahaan perkebunan nasional PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk semakin fokus mengembangkan industri kelapa sawit yang terintegrasi dari hulu sampai hilir.

Pemilik lahan seluas 200.000 hektar itu kini mengembangkan industri pengolahan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil atau CPO) menjadi beragam produk turunan bernilai tinggi di pasar internasional.  

Direktur Utama PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (BSP) Ambono Januarianto mengemukakan itu di sela-sela persiapan perayaan 100 tahun Kebun Bunut di Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Rabu (18/5/2011).

BSP kini merupakan perusahaan perkebunan dengan lahan tertanam seluas 144.000 hektar, yang memiliki industri hilir terintegrasi terbesar di Indonesia, berlokasi di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.  

Pabrik oleokimia berkapasitas produksi 50.000 ton fatty acid per tahun di Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara, sudah beroperasi penuh sejak April 2011. Pabrik alkohol berkapasitas 35.000 ton alkohol per tahun juga segera berjalan. Perseroan pun terus bersiap mengoperasikan pabrik alkohol unit 2, fatty acid unit 2, dan pengolahan CPO.  

Hampir 90 persen produk turunan BSP sudah memiliki pembeli di pasar internasional. Perseroan sudah mengikat kontrak penjualan produk turunan, terutama alkohol, selama lima tahun dengan salah satu produsen produk konsumen terkemuka dunia, Procter and Gambler (P&G).   

"Kami percaya di Indonesia belum banyak pengusaha yang menangkap peluang potensi total penambahan nilai produk dalam rantai bisnis CPO. Integrasi upstream dan downstream (hulu dan hilir) masih sangat jarang dalam bisnis kelapa sawit," ujar Ambono.  

Kebutuhan konsumsi pangan dan energi yang terus meningkat memang membuat kelapa sawit menjadi salah satu komoditas unggulan di pasar internasional. Permintaan terhadap CPO terus meningkat dan semakin tinggi karena sejumlah industri di Eropa dan Amerika Serikat masih melirik CPO untuk dijadikan bahan bakar nabati saat harga minyak bumi terus meroket.  

Saat ini, harga CPO di pelabuhan semenanjung Malaysia sudah melebihi 1.100 dollar AS per ton. Kondisi ini diperkirakan masih akan terus berlanjut seiring instabilitas politik dan keamanan di sejumlah negara penghasil minyak bumi.  

Perkembangan harga pasar yang menggembirakan ditambah kenaikan volume produksi dengan pabrik oleokimia yang mulai menghasilkan membuat perseroan mampu mencetak laba bersih kuartal I tahun 2011 dengan jumlah hampir dua kali lipat dibandingkan kuartal I tahun 2010. Namun, Ambono menolak memaparkan angka tersebut dengan alasan, belum melaporkan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Bursa Efek Indonesia.  

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com