Potensi besar Angkor sebenarnya juga dimiliki Candi Borobudur. Buktinya kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur juga selalu tinggi. Bedanya, Pemerintah Kamboja terkesan lebih serius memajukan mesin devisanya ini. Semua dibuat bersinergi positif, yang bertujuan memanjakan dan memudahkan turis yang datang. Penginapan dan sarana transportasi untuk berkeliling dengan mudah dapat kita jumpai dengan harga miring.
Bayangkan, kami bertiga berhasil mendapat hostel yang murah dan nyaman. Hanya dengan merogoh Rp 40.000 per hari untuk masing-masing orang, kami bisa menikmati fasilitas lengkap. Mulai kamar ber-AC, kamar mandi dengan fasilitas air panas, televisi kabel, kulkas kecil, dan sambungan internet gratis. Kalau mau cari tuk-tuk, bisa langsung pesan di hostel ini. Sarana penunjang seperti inilah yang harus dioptimalkan Pemerintah Indonesia untuk mendongkrak tingkat kunjungan ke Borobudur. Tentunya dibarengi promosi yang serius.
Ada hal menarik lain yang membuat saya suka dengan trip ke Angkor Wat ini. Meskipun tidak berbarengan dengan hari besar agama Buddha, kegiatan peribadatan tampak selalu berlangsung. Ketika hari beranjak siang, penduduk setempat akan berdatangan untuk berdoa. Keberadaan mereka membuat candi itu seperti punya jiwa, tidak terasa kosong dan sepi. Kita juga bisa menyaksikan para pendeta, baik yang sudah dewasa maupun masih remaja, melakukan aktivitasnya. Saya bahkan berhasil memaksa beberapa pendeta remaja berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. Dengan malu-malu, mereka pun bersedia memenuhi permintaan saya… he-he-he.
Rasanya belum puas menikmati kemegahan Angkor dalam waktu singkat itu. Namun waktu tidak bisa diajak berkompromi. Semoga suatu saat nanti saya bisa kembali lagi ke sana.
Sumber: http://www.kompasiana.com/usemay
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.