Tidak adanya energi yang menopang inti membuat inti Matahari menyusut. Namun, penyusutan ini akan meningkatkan suhu inti Matahari. Akibatnya, hidrogen yang ada di selimut inti (lapisan luar) Matahari akan terbakar. Pembakaran hidrogen di selimut inti akan membuat lapisan luar Matahari mengembang hingga radiusnya mencapai 10-100 kali radius semula.
Pada fase ini, Hakim melanjutkan, Matahari berevolusi menjadi bintang raksasa merah. Pengembangan itu berdampak pada turunnya suhu permukaan Matahari yang ditunjukkan dengan warna bintang yang berubah dari kuning keputihan menjadi merah.
Menelan planet sekitar
Mengembangnya Matahari akan menelan Planet Merkurius yang berjarak 58 juta kilometer. Meskipun suhunya turun menjadi 3.500 K, suhu itu masih cukup signifikan untuk memicu kenaikan suhu drastis di Venus dan Bumi.
Pembakaran hidrogen menjadi helium di selimut Matahari akan membuat suhu selimut makin meningkat. Kondisi ini membuat Matahari semakin mengembang hingga radiusnya mencapai 1.000 kali radius semula Matahari.
Pada pengembangan kedua menjadi bintang raksasa merah yang lebih besar ini, Bumi akan tertelan Matahari. Namun, pada saat itu terjadi, sebagian besar isi Bumi sudah akan menguap terlebih dulu.
Selama pengembangan itu, inti Matahari terus menyusut hingga suhunya mencapai 100 juta K. Pada temperatur itu, helium akan terbakar menjadi karbon dan oksigen.
Namun, suhu yang sangat tinggi itu tidak mudah terlepas ke selimut Matahari. Akibatnya, inti menjadi tidak stabil dan dalam waktu singkat menjadi super panas hingga mendorong selimut Matahari makin jauh dengan cepat. Proses dorongan ini berlangsung berulang-ulang hingga bagian luar Matahari seolah-olah menjadi berlapis-lapis.
Pada tahap ini, Matahari mulai memasuki fase sekarat. Karbon di inti Matahari tidak mungkin terbakar karena bintang seukuran Matahari tidak akan mampu menghasilkan panas yang mampu membakar karbon. Namun, suhu ini masih mampu mendorong lepasnya bagian luar Matahari yang terdiri atas hidrogen dan helium dari intinya.
Matahari akan terus mengembang hingga setengah massanya hilang ke angkasa. Pada saat ini, Matahari mati karena bentuknya telah menjadi planetary nebula, berupa gumpalan partikel bintang yang melingkupi inti Matahari yang masih menyala.