Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meraih Untung dengan Mengolah Kaleng Bekas

Kompas.com - 18/04/2011, 09:22 WIB

Sebagai tambahan, sering pula Harianja membeli kaleng bekas dari para pemulung. Ia pun sering menjual potongan kaleng yang benar-benar tak terpakai kepada mereka.

Ia pun memilih tak mewarnai sebagian hasil karyanya, karena, menurut Harianja, proses pewarnaan justru akan menghilangkan kesan daur ulang. "Nanti orang justru menebak miniatur ini dari kayu," ujarnya.

Dalam sebulan, Harianja mampu menjual 40 miniatur. Omzetnya pun mencapai Rp 2 juta. "Orang yang suka bisa langsung membeli empat sampai lima buah," ujar Harianja.

Lantaran hasil karyanya yang cukup unik ini, ada beberapa sekolah yang memintanya menjadi guru kesenian. Namun, Harianja terpaksa menolak karena tak ingin kiosnya terbengkalai.

Omzet yang lebih besar bahkan diperoleh Kusnodin, perajin miniatur kain bekas lainnya yang berlokasi di Yogyakarta. Dalam sebulan, ia bisa meraup omzet lebih dari Rp 10 juta.

Berbeda dengan Harianja, Kusnodin memilih membentuk miniatur binatang, seperti belalang, merak, burung elang, dan lainnya. Di bawah bendera Karya Baru, Kusnodin memulai usaha ini sejak tahun 1987.

Miniatur buatan Kusnodin ini bahkan sudah menembus pasar ekspor. Maklum, ia mempunyai distributor seorang warga negara Australia. Dari tangan distributor inilah, produk miniatur kaleng bekas ini dikirim ke Australia, Jepang, dan Belanda. "Saya hanya memproduksi saja," ujarnya.

Selain menyediakan miniatur dalam warna kaleng, Kusnodin juga menyediakan miniatur yang telah dicat. Maklum, Kusnodin punya kegemaran melukis. "Ini untuk memenuhi selera konsumen yang belum tentu suka warna kaleng," ujarnya.

Tak heran, rentang harga miniatur produksi Karya Baru ini cukup lebar. Banderol harganya Rp 125.000 hingga Rp 10 juta per unit. "Selain dari ukuran, patokan harga juga tergantung tingkat kerumitan saat pembuatan," jelasnya.

Kusnodin pun memberi contoh, ia pun pernah mematok harga hingga jutaan rupiah saat menjual miniatur elang. Ia mengklaim, miniatur itu sangat mirip aslinya.

Untuk mengerjakan berbagai pesanan yang mampir ke bengkelnya, Kusnodin bisa memperkerjakan hingga 60 karyawan. Tetapi jumlah karyawan berubah-ubah, tergantung order. Ia pun mengandalkan para pekerja yang berasal dari tetangga kanan kiri di lokasi bengkelnya, di Magelang.

Selain mendapatkan keuntungan, baik Harianja maupun Kusnodin mengaku senang karena dapat berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan. Karena tidak semua pabrik dapat mengolah kembali kaleng-kaleng bekas, di sinilah perajin berperan memanfaatkan kaleng bekas.

Harianja pun optimistis akan masa depan usahanya. Pasalnya, walaupun di Indonesia banyak yang menjual miniatur, biasanya bahan yang digunakan adalah kayu atau plastik. Sementara, perajin yang menggunakan kaleng bekas sebagai bahan baku masih sedikit. (Dharmesta/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau