Hasil penelitian mereka mencatat populasi penguin bertambah atau berkurang sejalan dengan perubahan es laut.
Berdasarkan penelitian, penguin chinstrap bertahan lebih baik pada cuaca yang lebih hangat dan Adelie berjuang hidup pada masa dingin.
Penguin chinstrap makan dan membuat sarang mereka jauh dari salju dan es sehingga dipandang sebagai hewan yang menghindari es, tak seperti timpalan mereka dari jenis Adelie, yang mencari makan di habitat yang mengandung es dan dipandang sebagai lebih rentan ketika es berkurang.
Namun, Trivelpiece dan rekan penulisnya sekarang percaya bahwa krill adalah pemicu utama hilangnya populasi penguin, dan dampak yang merusak pada kedua jenis penguin tersebut.
Krill memerlukan es untuk bertahan hidup, dan saat perubahan iklim mengakibatkan makin banyak es di kutub mencair, makhluk kecil di laut itu tak dapat berkembang biak atau berpesta menyantap phytoplankton di es dan jumlahnya berkurang, sehingga hilang lah sumber penting makanan bergizi buat penguin.
"Berdasarkan skenario pemanasan global dan peningkatan temperatur, kami telah menobatkan bahwa penguin Adelie dan hewan yang menyukai es bisa berkurang, sementara penguin chinstrap dan hewan yang menghindari es bisa bertambah," kata Trivelpiece.
Tapi tak lama setelah paper tim tersebut diterbitkan pada awal 1990-an, data yang ada mulai berubah.
"Dari sudut pandang tak lama sesudahnya, kami kehilangan banyak musim pancaroba tersebut dan kedua spesies mulai berprilaku dengan cara yang sama dan keduanya mulai berkurang secara dramatis," katanya.
"Sampai saat itu kami memiliki cukup data dan menyadari apa yang terjadi dengan kedua penguin muda tersebut, kami menyadari perbedaan besar terjadi di antara tahun-tahun awal, ketika tersedia banyak krill, dan tahun-tahun belakangan, saat krill tak tersedia lagi."
"Selama tiga dasawarsa belakangan, biomassa krill telah merosot 38 sampai 81 persen," kata studi itu.