Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Tanah Sudah Terkontaminasi

Kompas.com - 02/04/2011, 06:12 WIB

Diungsikan

Saat ini lebih dari 70.000 penduduk telah diungsikan dari zona evakuasi dalam radius 20 kilometer dari PLTN Fukushima Daiichi. Sementara itu, sekitar 130.000 warga yang tinggal di zona hingga radius 30 kilometer disarankan mengungsi secara sukarela atau tetap berada di rumah untuk menghindari paparan radiasi tinggi.

Pemerintah Jepang tetap belum memperluas zona evakuasi meski pihak Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah menemukan radiasi di atas ambang batas di sebuah desa berjarak 40 kilometer dari PLTN.

Pemerintah, melalui Badan Keselamatan Industri dan Nuklir (NISA), juga meragukan hasil pengukuran radiasi oleh Tepco yang selalu menunjukkan angka yang sangat tinggi. NISA memerintahkan Tepco mengukur ulang tingkat radiasi di udara, laut, dan air tanah untuk memastikan tingkat radiasi yang sesungguhnya.

”Kami curiga dengan hasil analisis isotop mereka. Jadi, kami menunggu hasil analisis terbaru,” ungkap juru bicara NISA, Hidehiko Nishiyama.

Upaya pendinginan teras reaktor juga terus dilakukan dengan bantuan dunia internasional. Selain Perancis yang mengirimkan pakar nuklirnya dari perusahaan pembuat reaktor nuklir Areva, AS juga mengirimkan para pakar nuklir militer, robot, dan dua pompa raksasa untuk menyemprotkan air ke dalam reaktor.

AS juga melibatkan ribuan prajuritnya untuk membantu pasukan bela diri Jepang mencari korban gempa dan tsunami tiga pekan lalu. Pasukan gabungan ini memberangkatkan 120 pesawat dan helikopter, dan 65 kapal pada hari Jumat, untuk menyisir kawasan pantai yang paling parah terkena tsunami.

Jumlah korban tewas saat ini sudah mencapai 11.532 orang dan 16.441 orang masih hilang.

Harian Mainichi Shimbun melaporkan, Pemerintah Jepang saat ini sedang bersiap menyuntikkan dana dalam bentuk pembelian sebagian saham Tepco untuk mengendalikan perusahaan itu.

”Pemerintah hanya akan mengambil jumlah saham yang cukup agar bisa terlibat dalam manajemen. Kalau di atas 50 persen, itu namanya nasionalisasi, dan kami tidak mempertimbangkan itu,” kata seorang pejabat pemerintah yang dikutip koran tersebut.

(AP/AFP/Reuters/ CNN.com/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com