Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Tahun Lagi Mammoth Bisa Dikloning

Kompas.com - 18/01/2011, 12:51 WIB

KOMPAS.com - Mammoth, hewan purba yang telah punah dan dianggap memiliki kekerabatan dengan gajah, kemungkinan dapat dilahirkan kembali empat tahun mendatang. Kemungkinan ini merupakan hasil terobosan dari teknologi kloning.

Pada 1990-an, ilmuwan telah berupaya mempelajari kemungkinan pemulihan inti sel dari kulit dan jaringan otot mammoth yang ditemukan di Siberia, Rusia. Namun, upaya ini gagal karena inti sel tersebut telah rusak parah oleh suhu dingin yang ekstrim.

Ilmu pengetahuan jauh dari putus asa. Pada 2008, Dr Teruhiko Wakayama dari Pusat Pengembangan Biologi Jepang, RIKEN, memelopori teknologi kloning tikus dari sel-sel tikus lain yang telah dibekukan selama 16 tahun. Teknologi yang sama akan diterapkan untuk mammoth.

Upaya melahirkan kembali hewan yang punah pada sekitar 5.000 tahun lalu ini akan dikembangkan Profesor Akira Iritani dari Kyoto University. "Sekarang masalah teknis telah diatasi. Semua yang kita butuhkan adalah sampel yang baik dari jaringan lunak dari mammoth beku," kata Iritani seperti dikutip The Daily Telegraph.

Iritani berencana melakukan perjalanan ke Siberia untuk mencari sisa-sisa mammoth, berupa sampel kulit atau jaringan. Iritani hanya butuh sampel ini sekecil 3 cm persegi. Jika tidak berhasil, ia berencana meminta sampel dari ilmuwan Rusia.

Inti sel dari kulit atau jaringan otot mammoth akan dimasukkan ke sel telur gajah Afrika yang bertindak sebagai induk pengganti (surrogate mother). Masa kehamilan diperkirakan perlu sekitar 600 hari. Sebelumnya, tahap persiapan hingga gajah Afrika bisa dihamili, memerlukan waktu sekitar dua tahun.

"Sampai saat ini, tingkat keberhasilan dalam kloning sapi sangat kecil. Tapi, ada kemungkinan sekitar 30 persen. Saya pikir kami memiliki kesempatan yang cukup untuk kesuksesan dan mammoth sehat bisa lahir di empat atau lima tahun lagi," tuturnya.

Mammoth merupakan anggota keluarga elephantidae yang juga merupakan famili dari spesies yang kita kenal saat ini. (National Geographic Indonesia/Raras Cahyafitri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau