Menurut pemodelan komputer yang dilakukan Canup, Saturnus memotong lapisan es dari sebuah bulan yang berukuran amat besar yang berjarak cukup jauh dari Planet Saturnus sehingga tidak bisa terjebak dalam cincin.
Cincin Saturnus pada mulanya berukuran 10 kali-100 kali ukuran cincin yang sekarang. Namun, menurut Canup, sebagian besar es tersebut kemudian bergabung menempel pada bulan-bulan Saturnus yang amat kecil ukurannya. Menurut Canup, Saturnus memiliki sekitar 62 buah bulan dan 53 di antaranya memiliki nama.
Secara teratur ditemukan bulan-bulan yang baru oleh pesawat ruang angkasa Cassini dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang diluncurkan pada Oktober 1997. Namun, penemuan tersebut tidak mampu menjelaskan cincin-cincin yang mengelilingi planet-planet lain dalam sistem matahari, seperti Planet Yupiter, Neptunus, dan Uranus.
”Mungkin cincin-cincin dari planet-planet lain itu terbentuk dengan cara yang berbeda dari Saturnus,” ujar Canup.
Saturnus adalah planet dengan ukuran terbesar kedua dalam sistem matahari setelah Planet Yupiter. Menurut Burns, teori yang dikemukakan Canup jauh lebih baik dalam menerangkan komponen es yang berat yang ada dalam cincin Saturnus. Sementara itu, Larry Esposito, penemu salah satu cincin Saturnus, mengungkapkan, ”Sungguh karya ilmiah yang cerdas, idenya orisinal.”
”Saya cenderung mengatakan bahwa apa yang terjadi tersebut mirip daur ulang kosmik,” ujar Esposito. Semula adalah bulan kemudian menjadi cincin dan kemudian menjadi bulan lagi. ”Mekanisme semacam itu bukanlah sebuah proses kematian, melainkan merupakan upaya kosmik untuk menggunakan kembali material, menggunakannya berulang-ulang,” katanya.
(NASA/ScienceDaily/AP/ISW)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.