Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panas Bumi untuk Minyak Atsiri

Kompas.com - 09/12/2010, 12:56 WIB

Secara sederhana, proses destilasi akar wangi memakai panas bumi juga tidak berbeda jauh dengan menggunakan bahan bakar lainnya. Uap panas bumi yang bertekanan sekitar enam bar dengan suhu 145 derajat celsius masuk ke penukar panas dengan kapasitas (debit) 500 kilogram per jam.

Air yang berasal dari kolam dipompakan ke penukar panas sehingga tekanan uap turun menjadi tiga bar dan temperaturnya menjadi 120 derajat celsius.

Uap tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyulingan yang telah diisi akar wangi yang telah kering. Penyulingan berlangsung sekitar 20 jam dengan tekanan yang dinaikkan bertahap hingga maksimal tiga bar.

Minyak akar wangi dalam akar akan menembus jaringan-jaringan akar (hidrodifusi) dan ikut dalam fasa uap. Campuran uap dan minyak lalu didinginkan di kondensor. Setelah terkondensasi, minyak dan air dipisahkan pada tangki pemisah, air berada di bawah, sedangkan minyak akar wangi berada di atas air.

Bahkan, untuk menyokong idenya itu, Asgar Muda, bekerja sama dengan PT Rekayasa Industri (Rekin), telah membuat prototipe alat penyuling akar wangi berbahan bakar panas bumi. Alat yang dibuat di Laboratorium Teknik Kimia ITB tersebut selesai dikerjakan pada 2008.

Sayangnya, PGE yang diharapkan bisa memberikan panas bumi dari sumur idle-nya untuk dimanfaatkan para penyuling tak juga terealisasi karena alasan sosial. Alat penyulingan yang sudah dibuat pun akhirnya tidak pernah digunakan dan hanya disimpan di PT Rekin.

Dosen panas bumi ITB, Dr Nenny Miryani Saptadji, sangat menghargai gagasan anak-anak muda dari Asgar Muda tersebut. Dari sisi kalkulasi teknis produksi, ide itu tidak diragukan lagi. Akan tetapi, gagasan tersebut akan menghadapi dua kendala utama: suplai panas bumi dan permainan tengkulak.

Nenny mengingatkan, tidak pas jika pemberdayaan penyuling akar wangi dilakukan dengan mengharapkan pemberian uap gratis dari pemerintah. Penyuling akan sulit mandiri jika terus disubsidi. Selain itu, pemanfaatan langsung panas bumi jelas lebih ekonomis dibandingkan dengan bahan bakar lain.

”Sebenarnya tidak ada sumur yang menganggur. Sumur-sumur yang ditutup sementara itu merupakan bagian dari strategi operasional PGE. Sumur tersebut ditutup sementara untuk meningkatkan kembali tekanannya. Jadi, suatu saat akan digunakan lagi. Ini merupakan bagian dari sistem pengamanan pasokan,” ujar Nenny.

Nenny yakin, jika hanya untuk kepentingan uji coba, PGE tidak akan keberatan. Akan tetapi, ketika berbicara bisnis, akan lain ceritanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com