Berdasarkan fakta itu, Udin mengungkapkan, "Perlu adanya kemitraan dalam produksi bioenergi sehingga hasilnya lebih efektif. Perusahaan lewat program CSR-nya mungkin bisa membantu."
Di samping itu, pemerintah juga perlu mendukung program ini dengan kontrol yang berkelanjutan. "Di Way Isem, saat ini banyak peralatan yang sudah rusak. Ini perlu perhatian pemerintah daerah setempat. Selanjutnya perlu ada kontrol secara berkelanjutan," tandas Udin.
Penggunaan biomassa seperti singkong dan jarak bisa menghasilkan beberapa produk. Singkong bisa diolah menjadi bioetanol, kemudian ampasnya bisa dibuat menjadi biogas dan ampas lain bisa dikelola menjadi pupuk. Begitupun jarak yang bisak dikelola menjadi minyak jarak, biogas, dan pupuk.
Desa di Prokimal yang diteliti Udin sendiri sudah menjalankan produksi bioenergi sejak tahun 2008. Sementara, desa Way Isem telah menjalankan programnya sejak tahun 2007, setelah mendapat bantuan dari sebuah yayasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.