Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang Memusnahkan Peradaban

Kompas.com - 06/11/2010, 07:10 WIB

Debu Krakatau mengambang ke seluruh dunia selama dua minggu. Dunia pun gelap. Bertahun-tahun efeknya masih terasa, menyebabkan sinar matahari menjadi berbeda yang menginspirasi para penyair Barat. Salah satunya adalah karya penyair Norwegia, "The Scream", yang terinspirasi efek Krakatau.

Pola penyebaran debu vulkanik Krakatau telah membantu pemahaman akan arus angin global. Puncak Gunung Krakatau menghilang dan "lahirlah" Gunung Anak Krakatau.

Abad ke-20 tiba. Sejarah letusan besar gunung api yang tercatat terbesar ketiga adalah letusan Novarupta yang meletus pada Kamis, 6 Juni 1912, dengan kekuatan VEI 6. Bahan piroklastik "disedot" dari Gunung Katmai yang berjarak sekitar 10 km dari Novarupta. Katmai kemudian tinggal menjadi kaldera berdiameter sekitar 3 kilometer, dengan kedalaman sekitar 265 meter.

Pinatubo Filipina merupakan tuan rumah bagi gunung dengan letusan keempat terdahsyat. Sabtu, 15 Juni 1991, gunung yang berlokasi dekat dengan Pangkalan AL Amerika Serikat di Subic Bay, Pulau Luzon, Filipina, meletus serta mengakibatkan 850 orang meninggal dunia dan 66.000 orang harus dievakuasi.

Suhu global langsung turun 3 derajat celsius dan selama tiga tahun berikutnya menjadi lebih rendah 1 derajat celsius atau naik dua derajat celsius dibandingkan pascaletusan. Debu piroklastik yang dimuntahkan mencapai 5 miliar meter kubik. Pascaletusan, Pangkalan AL AS di Subic Bay pun ditutup.

Letusan Pinatubo ini adalah yang pertama setelah sekitar 500 tahun gunung itu terdeteksi dormant (tidur).

Letusan itu diperburuk dengan terjadinya angin topan Yunya yang menerjang Filipina pada saat bersamaan.

Selebihnya kita bisa berbicara soal letusan Gunung Pelée yang menelan korban 30.000 jiwa (yang terbanyak pada abad ke-20). Tipe letusannya menjadi dasar penetapan jenis letusan gunung api.

Jangan pula lupa, berabad-abad sebelumnya, letusan Gunung Vesuvius di Italia telah mengubur peradaban kota Pompei.

Dengan sejarah panjang bencana apokaliptik semacam ini, kita diyakinkan bahwa proses ini akan terus berlangsung sebagai bagian dari proses bumi mencari kesetimbangan baru. Dan, peradaban kita yang hilang pun merupakan bagian dari proses....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau