KOMPAS.com — Pencarian planet-planet baru yang bisa dihuni masih belum berhenti. Misi lama, seperti mencari tanda-tanda kehidupan di Mars dan kemungkinan bahwa planet itu bisa dihuni hingga kini masih dijalankan.
Menggunakan spektrometer Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA, para peneliti dari Brown University baru-baru ini menemukan gundukan mineral silika di Planet Mars. Mereka menemukannya di daerah planet yang disebut Syrtis Major, tepatnya di wilayah gunung berapi Nili Patera yang berusia 3,7 miliar tahun.
Melihat letaknya yang ada di dekat gunung berapi, peneliti menduga bahwa gundukan silika itu berasal dari sumber air panas yang pernah ada di wilayah itu. Gundukan itu terbentuk ketika air panas keluar dan melarutkan batuan, membuatnya kaya akan mineral silika yang berasal dari batuan. Ketika air mendingin dan kontak dengan udara, material yang disebut hydrated silika terbentuk dan menyusun gundukan yang kini ditemukan.
Adanya gundukan silika yang berasal dari sumber air panas ini, menurut peneliti, merupakan salah satu tanda bahwa ada lingkungan kecil di Planet Merah yang bisa dihuni. "Ketika Anda punya air dan panas, seperti yang terdapat di tempat ini, Anda punya kesempatan untuk tinggal dan hidup," kata John Mustard, profesor geologi yang terlibat dalam penelitian ini.
Peneliti lain, JR Skok, yang juga berasal dari universitas yang sama, menduga bahwa adanya sumber air panas itu paling tidak menandakan, pernah ada kehidupan primitif, seperti mikroorganisme. Jika hipotesis tersebut benar, maka ia mengungkapkan, "Akan sangat mungkin untuk menemukan kumpulan fosil mikroorganisme di wilayah itu."
Sejauh ini, belum ada bukti nyata tentang adanya kehidupan di Mars. Namun, temuan adanya silika di Mars ini bukanlah yang pertama. Penemuan sebelumnya pernah dilakukan pada tahun 2007 oleh misi Mars Spirit milik NASA. Keunikan temuan ini adalah adanya gundukan silika yang utuh.
Hasil penelitian ini dipublikasikan oleh John Mustard dan JR Skok di jurnal Nature Geoscience tanggal 31 Oktober 2010. Ke depan, para peneliti berharap bisa mendeteksi seberapa mungkinkah lingkungan ini untuk dihuni, misalnya dengan melihat temperatur dan keasamannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.