Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Le Mont Saint Michel, Impian Para Turis

Kompas.com - 13/10/2010, 16:05 WIB

Kaki saya terhenti ketika memasuki sebuah ruangan gelap dengan genangan air bagaikan sumber mata air yang dikelilingi dengan pilar raksasa. Serasa terkucil diri ini disitulah saya sempat kehilangan suami dan anak saya. Padahal sejak tadi mereka kami selalu bersama.

Terlalu misteri membuat saya mempercepat langkah kaki dan mencoba keluar dari ruangan tersebut berharap menemukan suami dan anak. Rupanya sejak tadi mereka masih berada di sana, tapi menurut mereka tiba-tiba saja saya tak terlihat lagi.

Kami pun segera menuju ruangan berikutnya yaitu Salle des Chevaliers yang juga marak oleh pilar-pilar dan jendela mozaik. Ruangan yang terang ini membuat hati kami yang sempat ciut menjadi segar kembali. Di sinilah bayangan saya beradu dengan gambaran yang sering terlihat dalam film tentang chevaliers (satria berkuda romawi). Tebayang bagaimana mereka dengan pakaian kesatriaannya dan pedang panjangnya.

Puas berhayal, kami melanjutkan mengungkap bangunan bersejarah ini dengan mendatangi bangunan Robert de Torigni, bangunan yang terwujudkan paling akhir tepatnya tahun 1154-1164. Di sinilah kita akan dibuat kagum oleh kincir raksasa antik yang dibangun sebagai pengangkut barang dari luar bangunan misalnya bahan makanan, ketika  Mont Saint Michel digunakan sebagai penjara.

Setelah ketiga bangunan kami kunjungan, maka yang tak boleh terlewatkan adalah berjalan kaki sepanjang dinding benteng. Mengelilingi benteng inilah kekaguman kami semakin berlipat, karena bisa melihat Abbaye Mont Saint Michel menjulang begitu megahnya. Zaman kini membangun gedung pencakar langit, bukan hal yang aneh lagi, tapi membayangkan bagaimana monumen bersejarah ini dibangun dengan tangan itulah yang membuat hati begitu terpesona. Apalagi pembangunan situs ini dilakukan karena kepercayaan seseorang kepada Tuhan.

Satu hal yang tak bisa luput dilakukan adalah berjalan kaki sepanjang pantai di sekeliling karang Mont Saint Michel. Pantai hitam pekat yang berkilau bagaikan lumpur dan busa yang menyerap kaki manusia. Kamera saya segera  merekam kemilau dari pantauan pasir hitam ini.

Saya merasa tak terlalu nyaman berjalan di atas pasir yang selalu menenggelamkan kedua kaki saya. Memang berjalan di atas pasir tempat air pasang surut merupakan pengalaman unik dan juga berbahaya. Berjalanlah tak jauh dari karang Mont Saint Michel itu pun hanya daerah tertentu. Karena di sini banyak terdapat pasir bergerak yang bisa membuat kita tenggelam karena tertelan pasir. Karena itu disarankan bagi yang ingin berjalan lama, menggunakan guide yang mengenal dengan pasti daerah tersebut.

Suami dan anak saya, keduanya berjalan di atas pasir tanpa bermasalah, bahkan anak-anak lainnya banyak yang memilih melepaskan pakaian untuk berguling-guling di atas pasir. Pasir yang langsung menjadi kering bagaikan lumpur kering membaluri tubuh mereka. Dan mereka pun terlihat begitu asik menikmatinya. Nyali saya kali itu tak terlalu besar, pikiran saya terlalu berkonsentrasi dengan gerakan pasir yang membuat saya takut.

Senja pun tiba...dan air mulai terlihat naik. Segera kami meninggalkan daerah tersebut karena air pasang bisa meluap dengan cepat dan sangat berbahaya.

Kota tua dengan gang sempit menjadi pilihan kami untuk turun dari pulau kecil itu dengan santai. Berbeda saat kami datang yang dipadati dengan butik kini bangunan tua menjadi dekorasi perjalanan kami, sangat menyenangkan diapit diantara tembok penuh sejarah.

Saat kami sedang menikmati jajanan sore hari berupa coklat hangat dan crepe mentega gula di cafe Mère Poulard, Adam anak sulung kami berkata bahwa di kota inilah dirinya merasa begitu terpesona dengan kota tua yang terhampar di matanya dan kemegahan dari bangunan yang telah dikunjunginya.

Adam merasakan seperti hidup di abad pertengahan. Adam mengakui dirinya merasa semakin kaya akan sejarah dan pengalaman. Kami juga merasakan hal yang sama pada saat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com