Pembuatan kapal selam menjadi satu dari dua bahasan yang muncul ketika Sekretaris KKIP Sjafrie Sjamsoeddin berkunjung ke PT PAL. Selain kapal selam, topik lain adalah pembuatan kapal perusak kawal rudal.
Tentu dibutuhkan nasionalisme dan rasa percaya diri untuk bisa membuat kapal selam. Selama ini di PT PAL telah dibuat kapal berbagai jenis dan berbagai ukuran, dan membuat kapal selam dipastikan akan menuntut dimilikinya keterampilan teknis dan pemahaman akan rekayasa yang canggih.
Keinginan menguasai teknologi pembuatan kapal selam juga dibaca oleh pembuat kapal selam asing yang ingin menawarkan produknya ke Indonesia. Thyssen yang kini sudah menjadi perusahaan induk HDW pun dalam menawarkan tipe 209/1400 ini juga menawarkan alih teknologi kepada Indonesia, dalam hal ini PT PAL.
Sebagaimana juga ada di PT DI untuk pesawat terbang, di PT PAL pun kelak akan ada fasilitas pembuatan badan serta instalasi berbagai sistem yang ada pada kapal selam, seperti propulsi dan sebagainya. Keterampilan tersebut bisa diperoleh secara bertahap. Itu sebabnya, pada kapal selam pertama, sebagian besar pekerjaan (perakitan badan tekan dan instalasi outfitting tingkat tinggi) akan tetap dilakukan oleh mitra pembuat, dan PT PAL hanya akan mengerjakan integrasi dan penyelesaian keseluruhan kapal. Namun, untuk kapal kedua dan ketiga, bagian yang akan dikerjakan oleh teknisi Indonesia akan lebih banyak.
Diharapkan dengan proses alih teknologi yang konsisten, yang mengucur dari adanya program yang terjadwal rapi, pengerjaan dua kapal selam dengan alih teknologi bisa dikerjakan dalam tempo enam tahun.
Melalui program seperti itu, RI tidak saja akan menguasai pembuatan kapal selam, tetapi juga alutsista lain yang semakin kompleks.
Bila komitmen mendukung pengembangan kemampuan dalam negeri ingin diwujudkan, kapal selam jelas akan menjadi proyek lompatan kuantum yang besar artinya.