Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anomali Capai Tingkat Ekstrem

Kompas.com - 06/10/2010, 08:04 WIB

Tingginya suhu muka laut yang mengakibatkan musim hujan berkepanjangan—tanpa kemarau—di Indonesia pada tahun ini diperkirakan merupakan dampak dari pemanasan global—yaitu fenomena meningkatnya suhu bumi disebabkan akumulasi gas rumah kaca di atmosfer yang bersifat menahan energi panas matahari di permukaan bumi.

Berbagai dampak negatif pun muncul, seperti melelehnya es di kutub, merebaknya penyakit parasit, dan meningkatkan keasaman air laut. Perubahan iklim ini ditandai dengan perubahan pola curah hujan, terjadinya cuaca ekstrem berupa munculnya gelombang udara panas, peningkatan frekuensi hujan lebat hingga menimbulkan banjir di satu tempat dan kekeringan di tempat lain.

Pola turunnya hujan juga tidak merata di seluruh daerah. Akibat pemanasan global, hujan akan banyak terjadi di wilayah dekat garis ekuator. Menurut penelitian BMKG bekerja sama dengan Badan Meteorologi Jepang, rupanya 15 tahun lagi Jawa akan kurang hujan, urai Sri Woro yang juga Kepala WMO (World Meteorological Organization) Regional V. Langkah antisipatif

Pemanasan global atau perubahan iklim lebih lanjut akan mengacaukan pola tanam dan meningkatkan pertumbuhan hama tanaman hingga menggagalkan panen. Selain petani, para nelayan pun akan terpukul akibat gangguan cuaca itu. Mereka tidak dapat melaut karena gelombang laut yang tinggi.

”Hal tersebut jika tidak segera diantisipasi akan menimbulkan kerawanan sosial,” ujar Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono di sela rapat koordinasi, Senin. Karena itu, pemerintah akan meningkatkan sistem peringatan dini munculnya fenomena cuaca dan iklim ekstrem dalam melakukan upaya mitigasi, adaptasi, dan penguatan kelembagaan.

Sementara itu, Edvin berpendapat, pemerintah dan masyarakat harus lebih mencermati informasi iklim dan cuaca ekstrem. Selain itu, memanfaatkan saat jeda periode kering untuk membersihkan saluran air. ”Waspadai daerah aliran sungai di bantaran yang berkelok atau meander untuk mengatasi banjir kiriman dari hulu,” ujarnya.

Curah hujan yang tinggi hendaknya dimanfaatkan untuk mengisi cadangan air bawah tanah dengan sistem injeksi. Hal ini dapat mencegah terjadinya intrusi air laut di kota besar pesisir. Fungsi PLTA pun dapat dioptimalkan.

Untuk mendukung komitmen pemerintah dalam menurunkan emisi karbon dioksida (CO) sebesar 26 persen pada tahun 2020, BMKG mengusulkan penambahan dua Stasiun GAW (Global Atmosphere Watch) di Sulawesi Tengah dan Papua untuk meningkatkan observasi CO di Indonesia. Ini memerlukan dukungan seluruh sumber daya yang ada, seperti anggaran, kemauan politis pemerintah, dan kemampuan sumber daya manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com