JAKARTA, KOMPAS.com - Peristiwa ambrolnya sebagian badan Jalan RE Martadinata merupakan pertanda bahwa fenomena penurunan permukaan tanah di Jakarta terus berlangsung. Fenomena ini menunjukkan bahwa Jakarta sebetulnya sudah mulai tenggelam.
Direktur Eksekutif Indonesia Water Institute Firdaus Ali mengatakan, penurunan tanah tersebut terjadi karena berbagai faktor, termasuk pengambilan air tanah dalam yang sudah melebihi batas. Jika masalah ini tak segera ditangani, maka pada tahun 2012, Jakarta akan tenggelam.
"Sekarang pun sudah mulai tenggelam. Kalau bicara mundur ke belakang, sejak delapan tahun terakhir keadaan kita sudah mulai ambles. Mulai kritis sejak lima tahun terakhir," kata Firdaus Ali usai mengikuti rapat pembahasan amblesnya Jalan RE Martadinata di kantor Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta, Rabu (22/9/2010) sore.
"Anda lihat tanggul kita sudah tidak mampu lagi di Muara Baru menahan bangunan dan pasang air laut maksimum," tambahnya. Ali menambahkan, wilayah-wilayah di Jakarta mengalami penurunan tanah dengan kedalaman bervariasi.
Dalam kurun 1995-2003, wilayah Jakarta Utara mengalami penurunan rata-rata 18-26 cm per tahun. Adapun muka tanah Jakarta Pusat rata-rata merosot 8-14 cm setiap tahun. Kondisi ini diperparah dengan kenaikan permukaan air laut setinggi 0,8 cm per tahun, beban bangunan di atas tanah, serta gerakan tektonik. Kalaupun ada pengisian air tanah dalam melalui sumur-sumur injeksi, hal tersebut tidak akan menaikkan permukaan tanah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.