Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bumi, Cuaca Aneh, dan Kelestarian "Homo Sapiens"

Kompas.com - 15/09/2010, 04:39 WIB

Dalam laporan berjudul ”Smart Solutions to Climate Change” yang terbit bulan ini dimuat pula pemikiran ekonom iklim Richard Tol yang menegaskan bahwa janji besar pemangkasan karbon yang drastis, segera, merupakan strategi yang salah.

Lebih jauh ditambahkan, agar peningkatan suhu terjaga di bawah 2 derajat celsius, seperti yang dijanjikan negara-negara industri (G-8), pengurangan emisi yang harus dilakukan pada pertengahan abad ini adalah 80 persen. Dengan itu, kerugian akibat iklim yang bisa dihindari adalah 1,1 triliun dollar AS. Namun, pada sisi lain, upaya itu juga akan menghambat pertumbuhan dengan kerugian 40 triliun dollar AS per tahun.

Itu sebabnya, menurut Lomborg, strategi yang lebih jitu dari pemangkasan karbon adalah peningkatan secara besar-besaran riset dan pengembangan energi alternatif.

Di tengah berbagai keruwetan akibat ongkos, akibat perbedaan pendapat yang tajam antarnegara dalam penerapan strategi, ada lagi pandangan lain yang dikemukakan terkait emisi karbon dan pemanasan global.

Mengutip laporan sampul jurnal triwulanan The American Scholar, kolumnis George Will (Newsweek, 20/9) menulis bahwa ”Bumi tidak peduli jika Anda mengendarai sebuah (mobil) hibrida”. Di dalam jurnal tersebut ada juga esai yang ditulis oleh salah seorang peraih Hadiah Nobel Fisika tahun 1998, yakni Robert B Laughlin, yang kalimat kuncinya dikutip di awal tulisan ini.

Merusak Bumi yang tua ini, menurut Laughlin, jauh lebih mudah dibayangkan daripada dilaksanakan. Sebelum ini sudah ada banyak letusan gunung berapi, tumbukan meteor, semua perusakan dengan kedahsyatan melebihi apa yang bisa dilakukan oleh manusia, toh Bumi masih baik-baik saja.

Menarik memang fakta yang dikemukakan oleh Will. Bahkan, ketika manusia membakar habis semua bahan bakar fosil dan emisi karbonnya memenuhi atmosfer, Bumi akan mampu melarutkan sebagian besar karbon tersebut, mungkin setelah satu milenium, ke lautan. Kalau sudah dilarutkan, tingkat konsentrasi karbon paling hanya sedikit lebih tinggi daripada saat ini. Sisa karbon dioksida di atmosfer kemudian akan ditransfer ke batuan hingga dalam puluhan atau ratusan ribu tahun konsentrasi gas rumah kaca ini di laut dan udara akan kembali ke tingkat sebelum manusia muncul.

Dalam kurun waktu manusia, itu proses sepanjang masa. Namun, dalam skala geologi yang jutaan tahun, itu bak sekejap mata.

Kerisauan manusia

Apa yang diuraikan George Will di The American Scholar menjelaskan bagaimana Bumi memiliki dayanya sendiri untuk memulihkan diri. Satu yang tak dapat dilakukan adalah membalik kepunahan biodiversitas, seperti memunculkan kembali dinosaurus.

Persisnya di sini pula manusia didorong untuk berbuat baik terhadap Bumi, karena tanpa kesadaran itu, bisa jadi spesies manusia sendiri yang akan punah sebagaimana dinosaurus dan spesies lain yang sudah punah sebelum ini. Tentu Bumi juga memiliki suratan nasibnya dalam konteks evolusi Matahari, tetapi itu baru akan terjadi lebih dari satu miliar tahun mendatang.

Dengan demikian, mengerjakan hal yang baik bagi Bumi jelas pertama-tama ditujukan untuk pengamanan pelestarian Homo sapiens dan keragaman hayati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com