Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merespons "Badai" Raden Saleh

Kompas.com - 30/05/2010, 03:34 WIB

Sebanyak 158 seniman mengikuti pameran bersama ”Manifesto” Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 19-31 Mei, ini. Dengan mengangkat tema ”Percakapan Masa”, pergelaran ini berusaha menyandingkan karya para seniman generasi modern koleksi galeri dengan hasil kerja para perupa kontemporer. Apa yang dihasilkan dari pertemuan itu?

Pameran menampilkan lukisan karya seniman dari tahun 1850-an, tahun 1940-an, hingga tahun 1970-an. Generasi lama itu mencakup, di antaranya, karya Raden Saleh, Basuki Abdulah, Soedjojono, Affandi, Hendra Gunawan, Srihadi Soedarsono, Popo Iskandar, Ahmad Sadali, Nashar, dan Widayat. Karya mereka umumnya berupa lukisan dua dimensi.

Karya-karya itu dijejerkan dengan karya baru dari seniman kontemporer (dalam arti yang bekerja 10 tahun belakangan). Seniman tahun 1990-an sampai tahun 2000-an itu mengusung karya baru lebih menerabas batas, seperti lukisan, patung, grafis, video, dan instalasi. Mereka diwakili, antara lain, oleh Hafiz, Deddy Paw, Rudi St Darma, Erwin Pandu Pranata, Syahrizal Pahlevi, Putut Wahyu Widodo, Bambang ”Toko” Witjaksono, Entang Wiharso, Heri Dono, Nasirun, dan Tisna Sanjaya.

Untuk melihat bagaimana hasil pertemuan itu, mari kita amati bagaimana seniman baru merespons lukisan Raden Saleh. Judulnya ”Badai” berukuran 74 x 97 cm. Karya terkenal buatan tahun 1851 itu menggambarkan pemandangan laut yang diterjang badai. Air laut membuncah tinggi. Satu perahu terombang-ambing di tengah. Satu perahu lagi didorong ombak dan menabrak batu karang. Langit gelap.

Lukisan yang dikerjakan 159 tahun lalu itu masih menggetarkan. Goresan warna-warni murung itu menghadirkan ombak, perahu, langit, dan batu karang dalam amuk badai yang mencekam. Lukisan bergaya romantis ini sangat kuat sebagaimana gaya serupa di Eropa pada masanya.

Respons

Lukisan Raden Saleh tadi direspons beberapa seniman masa kini. Deddy Paw menyajikan lukisan ”Badai Pasti Berlalu, Raden..!” berukuran 180 x 180 cm. Pelukis ini menggambar kembali lukisan badai Raden Saleh mirip aslinya di sudut kanan atas kanvas—seperti bidang insert.

Lukisan laut itu kemudian diteruskan ke bidang-bidang lain. Hanya saja, sosok badai itu telah mereda dan menjelma sebagai laut tenang, biru, dan indah. Pemandangan jadi agak surealis karena tampak menyeruak beberapa buah apel segar.

Dalam karya ini, ”Badai” Raden Saleh terasa menjadi potongan masa lalu yang dicomot begitu saja dan dihadirkan kembali dalam dunia imajinasi masa kini yang bebas. Batasan dimensi ruang dan waktu antara masa lalu dan masa kini sepertinya hanya sebuah permainan.

Semangat serupa juga diusung Hafiz dalam video berjudul ”Berbadai Pun Kemudian”. Image lukisan ”Badai” Raden Saleh ditempelkan secara utuh di dinding berukuran sekitar tiga meter. Lukisan itu kemudian disorot lagi dengan kotak-kotak hitam yang bergerak. Ada suara deru badai bergema dalam ruang itu. Seiring dengan deru yang makin menggebu, kotak-kotak hitam itu juga bergerak lebih cepat. Gambar pemandangan badai laut itu jadi tertutup, tetapi sensasi suasana badai justru lebih kental.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau