Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karang Emas di "Pulau" Baru Jadi Rebutan

Kompas.com - 20/04/2010, 13:31 WIB

“Saat menyelam saya mendengar ada suara air mendidih, saya langsung naik ke atas. Tapi saat menyelam lagi, terdengar lagi suara seperti air mendidih. Lokasinya dekat dengan semburan lumpur halus,” kata Jafril (29), warga Haloban.

Gosong Wulawan
Seminggu setelah penemuan daratan baru yang menyemburkan lumpur, pasir, dan bebatuan itu, warga Pulau Tuangku mulai menamainya. Nama yang disematkan pada calon daratan baru itu adalah Gosong Wulawan yang berarti Karang Emas.

Dalam terminologi lokal, gosong berarti hamparan terumbu karang di laut dangkal, mirip atol. “Dengan diberi nama Gosong Wulawan, mudah-mudahan kemunculan daratan itu membawa berkah bagi penduduk Haloban yang sebentar lagi dimekarkan menjadi kecamatan Pulau Banyak Barat,” kata Ihsan, tokoh adat setempat.

Tunggu tim ahli
Sementara itu, ratusan warga Haloban, desa terdekat ke lokasi kejadian, sejak pagi hingga sore kemarin menunggu-nunggu kedatangan tim ahli dari Dinas Pertambangan dan Energi Aceh, dan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang sedang berlayar naik kapal riset, Baruna Jaya III, dari Simeulue.

Setiap ada benda berbentuk kapal yang bergerak di laut, warga langsung berdiri untuk melongok. Mereka khawatir kecolongan tim ahli sudah datang, dan mereka tidak mengetahuinya. Namun, hingga menjelang isya, kapal yang ditunggu-tunggu itu belum kelihatan melintas di perairan Haloban.

Warga Haloban yang kebetulan sedang pergi ke luar daerah juga beberpa kali menghubungi Serambi Indonesia untuk menanyakan kedatangan tim ahli. “Kalau tim ahli sudah datang, tolong kabari, ya” pinta Irwan, warga Haloban yang sedang berada di Pulau Balai melalui SMS.

“Jika pasir yang tersembur itu mengandung emas, kami langsung datang membawa karung untuk mengambil pasirnya,” seloroh Irwan.  

Kisah mistis
Di sisi lain, kemunculan daratan baru itu dalam cerita yang dibahas di kedai-kedai kopi mulai menghadirkan kisah-kisah mistis. Misalnya, ada warga yang tiba-tiba tensi darahnya naik setelah menyelam di lokasi itu, padahal sebelumnya tidak memiliki riwayat darah tinggi.

Kisah mistis lainnya, seorang warga yang mengambil batu mengilap berwarna keemasan tiba-tiba malamnya bermimpi tangannya terpotong. Lalu esoknya dia buang batu tersebut. “Kawanku yang menyimpan batu, malamnya mimpi tangannya kena potong. Esoknya, langsung batu itu dia buang,” cerita Anhar (40), warga Asantola.

Rumor lain, puncak daratan baru itu tidak bisa diambil gambarnya. Salah satu contoh, kamera seorang wartawan televisi nasional kemasukan air di lokasi itu saat mengambil gambar, meski ia sudah menggunakan pengaman.

Namun, cerita ini tidak semuanya benar. Nyatanya, seorang nelayan berhasil memotret puncak daratan baru itu hanya dengan menggunakan telepon genggam yang dibungkus plastik, walau gambarnya agak kabur. (c39)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com